Langsung ke konten utama

Pertanyaan Horor

Nestapanya anak2 gadis ‘berumur’ dg beribu pertanyaan tanpa eksekusi.
ada orang tanya, “kenapa belom nikah2 juga, pasti suka pilih2” lha, apanya yg dipilih wong yg mau dipilih aja kagak ada. 
 
ada lagi yg bilang, “kamu ini udah tua, gak nikah2… apa yg ditunggu…” ya nunggu yg ngajak nikah lah, masa’ pak penghulu…

ada yg sadis, “kamu sudah disorientasi kah? sampe gak pengen nikah.” ini lebih sadis lagi, “aktivis perempuan ya, ya jelas gak nikah2 lha wong takut didominasi laki2.” jreeeng… OMG! horor banget… 

Diskusi rumpian jomblo sore ini tanpa mention, untunglah aku sering amnesia umur berapa hahaha…
(Sebuah status di fb)
………………………………………….

Itulah pertanyaan horror yang juga sering nangkring di telingaku. Membaca status itu, saya kemudian senyam-senyum sambil berujar dalam hati “sama dong”. Kita sama sering mendapat pertanyaan seperti itu. Pertanyaan yang menurut mereka tak pernah bosan bertanya, juga pertanyaan yang biasa saja menurut mereka sedangkan menurut “kami” adalah pertanyaan yang horror banget. Segitunya….

Memangnya dipikiran orang kalau perempuan “terlambat” menikah itu selalu karena pilih-pilih?. But, tentulah kalau ada yang SKSD nggak langsung sabet kali. Mosok iyya, kalau ada yang suka sama kita, langsung main terima aja tanpa melihat orangnya gimana? Eits… jangan so’udzon dulu. Tidak semua melihat dari materi, harta, warisan, kekayaan, pekerjaan, jabatan, dll. Bukankah agama adalah paling utama melihat seseorang? So, meski telah pernah ada yang PDKT, tetapi kalau kita belum sreg dengan agamanya, nggak musti langsung terima kan? Okelah, nggak ada orang yang sempurna, its fine. Tapi, kalau ada yang nggak beres dari agamanya misal sholat yang masih bolong2, nggak mungkin nerima kan? Sholat aja, berkorban waktu sejenak tuk ibadah aja nggak mau, apatah lagi mau berkorban untuk pasangannya kelak?. Juga kalau ada yang akhlaknya nggak bisa dimaklumi. Mosok iyya, memaklumi orang yang suka dekat-dekat sama cewek? Mosok iyya suka sama cowok yang suka godain cewek. Mosok iyya suka sama cowok yang matanya jelajatan tiap lihat yang bening?. Mosok iyya suka cowok yang hobbinya ngumpul sama cewek entah karokean, ngerumpi, atau wisata bareng. Nggak kan? . ada hal yang bisa dipermaklumkan, tetapi ada hal juga yang tidak bisa dimudah-mudahkan.

Dipikiran orang juga, mereka yang “terlambat” menikah adalah mereka yang orientasinya serba dunia. Kejar pendidikanlah. Kejar karierlah. Kejar jabatanlah. Apalah. Oke, tidak dipungkiri itu ada. Tetapi, ada bukan berarti semua. Sekali lagi please, jangan pakai majas pars pro toto. Satu yang dilihat seperti itu, langsung digeneralkan. Mungkin mereka memang berpendidikan tinggi, tetapi bukan berarti pendidikan adalah orientasi utamanya. Boleh jadi, pendidikan yang ditempuhnya untuk semakin memantapkan diri menjadi pribadi yang lebih baik. Perlu dihilangkan image bahwa, perempuan yang berpendidikan tinggi selalu mencari yang setara dengannya, atau yang lebih diatasnya. Karena pendidikan bukanlah parameter untuk mengukur siapa yang boleh berjodoh dengan kita. Belumlagi kalau berkarir, bekerja, atau punya jabatan di kantornya. Rame-rame orang menjudge bahwa itulah orientasinya. Mungkin menikah adalah alternative kesekian untuk orientasi hidupnya. Heyy… perempuan pekerja juga pere puan loh. Mereka juga punya keinginan untuk menikah. Dan lagi, tidak semua mereka berpikir bahwa karir..karir..karir.. menikah nomor sekian.

Nah, ini yang horror banget. Kalau aktivis selalu nggak kepikiran menikah. Katanya, takut didominasi sama laki-laki. Waduhh… segitunya ya prasangka orang. Aktivis juga manusia kok. Punya asa, punya rasa. Meski sebagai aktivis perempuan, dan tahu yang mana wilayah perempuan kala dituntut jadi aktivis dan saat memerankan pelaku rumah tangga, tentu bisa menempatkan diri mesti bagaimana. Tidak semua aktivis perempuan menganut emansipasi perempuan ala barat. Iya, ada yang over dalam menanggapi emansipasi, peran dan keadilan gender. Sampai sampai semua hal ketika diperhadapkan dengan peran laki-laki dan perempuan akan menganggap bahwa laki-laki selalu mau mendominasi perempuan. Termasuk dalam rumah tangga, so, kalau menikah selalu laki2 mendominasi, maka nggak perlu nikah. Iya, ada yang sampai seperti itu. Tetapi, tidak semua yang berlabel aktivis islam menganut paham barat yang seperti itu. Aktivis perempuan muslim tetap mesti berpegang pada apa yang telah disyariatkan. Kalaupun ada pemahaman seperti itu, nggak mesti ditelan mentah-mentah. Kebebasan itu tidak semua terbebaskan. Emansipasi itu tidak menjadikan semua serba liberal, serba boleh, serba menabrak prinsip. Saya yakin, aktivis muslimah tahu mana wilayah kerja sebagai aktivis dan mana wilayah kerja dalam rumah tangga. Ada kodrat sebagai seorang perempuan. Tentu sebagai seorang istri menjadi seorang istri pasti butuh seorang laki-laki. Iya to? Hehehehe….

Hmm…. Mungkin emang lagi waktunya. Sudah beberapa waktu ini, tulisanku banyak menyangkut tema ini. Makin khatam aja. Maksudnya khatam nerima pertanyaan dan menjawabnya :D. whatever.. however… whenever… daripada sering nanya yang horror-horor, mending dieksekusi aja deh (seperti status fb diatas). Maksudnya…? Yah, pikir sendiri atau nanya sama yang buat status hehehe….

Jangan sering nanya pertanyaan horror dong… udah horror nonton film horror, ehh.. ditambah horror lagi nerima pertanyaan begitu. Ntar, dunia yang indah ini berubah jadi dunia horror. Kan seremmm…..

#pertanyaanhoror #obrolanjomblo #aktivisperempuan #keepcalmmblo #GJM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap