Langsung ke konten utama

KENAPA EMANGNYA?

Apakah salah mereka yang belum menikah saat teman-teman mereka telah menikah? Perlukah dicibir? Perlukah menempatkan mereka pada posisi social yang layak tuk diobrolkan dan diumbarkan? Jika ingin mencibir, maka sama saja telah mencibir takdir-Nya. Bukankah urusan jodoh adalah ketetapan-Nya? Meski sebagaimana kerasnya berusaha, namun tetap saja yang menentukan akhirnya adalah Dia. Lalu kenapa masih banyak yang seolah menempatkan mereka menjadi objek yang perlu tuk dikasihani?

Itulah kenapa, akhirnya ada beberapa penulis dan motivator membuat malas tuk ngikuti tulisan dan postingannya. Kenapa? Bahasnya masalah jodoh dan menikah terus. Bukan hanya itu, bilangnya menikah muda itu inilah.. itulah.. menikah cepat itu beginilah.. begitulah… enaknya ini itu. Dan bahkan seolah mereka yang “terlambat” menikah adalah sosok yang kasihan banget, yang kurang banget, yang nggak untung banget. Hmmm….. memang tiap orang punya hak berpendapat. Dan juga baik kalau seseorang bisa menikah “cepat” di usia yang menurut parameter manusia adalah usia yang seharusnya menikah. Dan mungkin mereka lebih dahulu mengamalkan sunnah. Namun, bisakah manusia menyutradarai sendiri hidupnya? Bukankah sutradara kehidupan sebenarnya adalah Allah. Lalu kenapa manusia masih menggunakan parameter “terlambat”? apakah Allah itu terlambat memberikan nikmat kepada hamba-Nya?.  
Rasanya tidak beradab ketika beranggapan seperti itu. Itulah alasan, yang masih bertahan untuk sering kuikuti tulisan maupun quote-nya adalah bang Tere Liye dan Ahmad Rifa’I Rif’an. Kenapa? Karena menurutku mereka berdua yang masih membela semua kaum, termasuk kaum jomblo. Tidak menghakimi, tidak membuat merasa tidak beruntung, tidak merasa kasihan, iri, dan dikasihani. Mereka tetap saja menuliskan untaian kata yang membawa pandangan dan perasaan setiap golongan. Bijak dan mewakili. Jujur, ada beberapa penulis atau motivator yang dulunya senang membaca tulisannya, namun lama kelamaan meninggalkan tulisannya. Kenapa? Lha wong isinya seakan cibiran bagi yang masih jomblo, yang masih setia sendiri diusianya yang semakin berlalu. Atau isi tulisannya memamerkan kemesraannya, keuntungan mereka yang telah mengarungi bahtera rumah tangga. Iya, memang mereka telah mengetahui indahnya dalam bingkai rumah tangga, tetapi tidak mesti dengan mengatakan indahnya menikah muda, indahnya yang telah menikah, untungnya yang cepat menikah, bla..bla..bla… menurutku, seolah mereka yang belum menikah kasihan banget. Kalau memang parameter Allah belum waktunya, gimana coba?

Ada tulisan bang tere yang kurang lebih seperti ini: menikah itu tidak ada istilah cepat menikah dan terlambat menikah. Terlambat atau cepat itu jika ada parameter waktunya. Misal masuk kelas tiap hari pukul 07.00 itu artinya kalau lewat pukul 7 sudah dianggap terlambat dan yang datang sebelum pukul 7 dianggap cepat. Tetapi, apakah ada parameter khusus, utama, dan universal dalam menikah? Jika ada siapa yang membuat parameter itu? Tidak ada kan? Yang ada adalah manusialah yang membuat patokan2 usia kapan baik menikah, kapan cepat dan kapan terlambat. Seyogyanya Allah yang memberikan kita nikmat, rezeki, termasuk jodoh. Dia-lah yang mestinya memberikan parameter. Apakah berani mengatakan bahwa Allah “terlambat” memberikan jodoh?. Nggak sopan banget kan? Jadi kalaupun belum juga menikah sampai sekarang itu berarti menurt Allah belum waktunya.

So, sekali lagi tak ada kata cepat atau terlambat. Karena yang menentukan itu adalah hak prerogative-nya Allah. Berhentilah memperhadap-hadapkan istilah cepat menikah dan terlambat menikah. Kalau sudah menikah, syukuri dan do’akan yang lain agar segera menyusul, jangan dihakimi, apalagi didiskriminasi, ada juga yang membully. Trus, yang belom menikah, tetap berdo’a, ikhtiar dan tawakkal. Nikmati hdup ini, tetap berbuat yang terbaik, dan syukuri apapaun yang telah Allah berikan. Karena hidup tidak ditimbang dan diukur oleh Allah dari seberapa cepat dan tepat kamu menikah. Tetapi seberapa bermanfaat bagi sekitar dan seberapa berkualitas memanfaatkan hidup. Right…???

Gue Jomblo, Masbuloh? Keep smile mblo ^_^. Dan terpenting juga adalah… JOSH, Jomblo Sampai Halal, oke mblo…? #uraianpanjangseorang jomblo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap