Ada yang tahu tentang D’ Akademi Asia? Itu loh, kontes dangdut yang selevel Asia. Meski menurutku belum bias dikategorikan asia, karena hanya meliputi negara2 yang mengerti bahasa melayu, yang berarti Indonesia dan tetangganya. Seperti Malaysia, brunai dan singapura. Itu menandakan bahwa levelnya bukanlah level asia, tetapi level asia tenggara atau level Negara melayu. So, what…? Ah.. sudahlah.. itu bukan inti permasalahan yang ingin kita bahas kali ini. Meski masih nggak nerima kalau dibilang Asia.
Saya adalah orang yang tidak suka dengan yang namanya dangdut. Kalau mendengar lagu dangdut disenandungkan, lihat saja kepala akan segera nyut-nyutan. Ada beberapa alas an mengapa saya tidak menyukai dangdut. Pertama karena goyangannya. Dulu, yang kusimpulkan temntang dangdut adalah lagu yang penuh cengkok dan juga penuh kesedihan. Lambat laun, dangdut bergeser nilai menjadi lagu yang penuh dengan goyangan. Muncullah goyang ngebor, goyang gergaji, goyang mujair, dan goyang-goyangan yang lain. Akhirnya khas dangdut dan sajiannya tidak lagi terfokus pada nyanyiannya tetapi pada goyangannya. Bahkan dengan goyangan yang semakin erotis, membuat kebanyakan peminatnya adalah mereka yang suka dengan goyangan, dan suka melihat lekukan, liukan. Dan juga bentukan tubuh penyanyinya. Sebenarnya yang mau di”jual” lagunya atau goyangannya?. Oke, mungkin goyangan menjadi bumbu pelengkap. Tetapi apakah itu benar? Justru sekarang banyak penikmatnya menyukai dangdut karena goyangan penari atau penyanyinya yang erotis. Apalagi bagi para lelaki, goyangan ini dijadikan makanan mata yang paling empuk. Astaghfirullah…
Kedua, musiknya. Saya bukanlah orang yang benar-benar sudah jauh dari yang namanya music. Saya masih berproses untuk benar-benar meninggalkan music yang melenakan. Berarti saya juga masih menjadi penikmat beberapa music tertentu. Namun, kalau music dangdut?. Musiknya mengalun, kalau bukan melenakan jiwa akibat kesenduannya, maka melenakan jiwa dengan keromantisannya, atau melenakan jiwa karena kepekakannya. Apalagi saat ini, semakin banyak lagu dangdut yang dengan ritme yang rancak, dan menggabungkan dengan genre disko. Inilah yang membuat dangdut akhirnya banyak digunakan sebagai lagu pengiring pernikahan. Tetapi maaf, saya bukan penikmat music “rebut” seperti itu.
Ketiga, karena liriknya. Lirik lagu bias kita kategorikan menjadi beberapa bagian. Ada yang liriknya memuat kesedihan, kemarahan, kebahagiaan, keromantisan, harapan, tetapi sayangnya sekarang semakin banyak pula lagu dangdut yang liriknya norak, lebay, dan terkesan porno. Bener kan? Coba deh diperhatikan beberapa lirik lagu dangdut saat ini. Misalnya nih, saya pernah dengar ada liriknya “ cinta satu malam”, dan bahka pernah hadir di sebuah pesta pernikahan teman, yang saya sendiri serasa malu mendengar lirik lagunya. Kalau tidak salah ada liriknya begini, maaf.. “mintanya minum susu ini.. itu..”. kalau kita dengarnya kita bias paham bahwa lagu itu menceritakan tentang perselingkuhan dan ke-playboy-an pasangannya, dan juga kita tahu bahwa lagu itu sangat porno. Duhhh…. Betapa makin hancurnya dunia per-lagu-an kita. Mana lagi, anak-anak yang masih ingusan pun dengan bangganya menyanyikan lagu seperti itu bahkan tertawa cengengesan seolah tahu, ataukah emang sudah tahu. Miriss…….. itulah kenapa saya tidak suka dengan lagu dangdut. Maaf.. bukan tidak cinta pada budaya bangsa, tetapi bukankah budaya mesti difilter oleh syariat? Bukan syariat yang difilter oleh budaya.
Saya adalah orang yang tidak suka dengan yang namanya dangdut. Kalau mendengar lagu dangdut disenandungkan, lihat saja kepala akan segera nyut-nyutan. Ada beberapa alas an mengapa saya tidak menyukai dangdut. Pertama karena goyangannya. Dulu, yang kusimpulkan temntang dangdut adalah lagu yang penuh cengkok dan juga penuh kesedihan. Lambat laun, dangdut bergeser nilai menjadi lagu yang penuh dengan goyangan. Muncullah goyang ngebor, goyang gergaji, goyang mujair, dan goyang-goyangan yang lain. Akhirnya khas dangdut dan sajiannya tidak lagi terfokus pada nyanyiannya tetapi pada goyangannya. Bahkan dengan goyangan yang semakin erotis, membuat kebanyakan peminatnya adalah mereka yang suka dengan goyangan, dan suka melihat lekukan, liukan. Dan juga bentukan tubuh penyanyinya. Sebenarnya yang mau di”jual” lagunya atau goyangannya?. Oke, mungkin goyangan menjadi bumbu pelengkap. Tetapi apakah itu benar? Justru sekarang banyak penikmatnya menyukai dangdut karena goyangan penari atau penyanyinya yang erotis. Apalagi bagi para lelaki, goyangan ini dijadikan makanan mata yang paling empuk. Astaghfirullah…
Kedua, musiknya. Saya bukanlah orang yang benar-benar sudah jauh dari yang namanya music. Saya masih berproses untuk benar-benar meninggalkan music yang melenakan. Berarti saya juga masih menjadi penikmat beberapa music tertentu. Namun, kalau music dangdut?. Musiknya mengalun, kalau bukan melenakan jiwa akibat kesenduannya, maka melenakan jiwa dengan keromantisannya, atau melenakan jiwa karena kepekakannya. Apalagi saat ini, semakin banyak lagu dangdut yang dengan ritme yang rancak, dan menggabungkan dengan genre disko. Inilah yang membuat dangdut akhirnya banyak digunakan sebagai lagu pengiring pernikahan. Tetapi maaf, saya bukan penikmat music “rebut” seperti itu.
Ketiga, karena liriknya. Lirik lagu bias kita kategorikan menjadi beberapa bagian. Ada yang liriknya memuat kesedihan, kemarahan, kebahagiaan, keromantisan, harapan, tetapi sayangnya sekarang semakin banyak pula lagu dangdut yang liriknya norak, lebay, dan terkesan porno. Bener kan? Coba deh diperhatikan beberapa lirik lagu dangdut saat ini. Misalnya nih, saya pernah dengar ada liriknya “ cinta satu malam”, dan bahka pernah hadir di sebuah pesta pernikahan teman, yang saya sendiri serasa malu mendengar lirik lagunya. Kalau tidak salah ada liriknya begini, maaf.. “mintanya minum susu ini.. itu..”. kalau kita dengarnya kita bias paham bahwa lagu itu menceritakan tentang perselingkuhan dan ke-playboy-an pasangannya, dan juga kita tahu bahwa lagu itu sangat porno. Duhhh…. Betapa makin hancurnya dunia per-lagu-an kita. Mana lagi, anak-anak yang masih ingusan pun dengan bangganya menyanyikan lagu seperti itu bahkan tertawa cengengesan seolah tahu, ataukah emang sudah tahu. Miriss…….. itulah kenapa saya tidak suka dengan lagu dangdut. Maaf.. bukan tidak cinta pada budaya bangsa, tetapi bukankah budaya mesti difilter oleh syariat? Bukan syariat yang difilter oleh budaya.
#becontinue
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar