Tak ada yang membedakan, kaya-miskin, Di kota - di desa, Berstrata tinggi - rendah. Semua punya peluang yang sama mendapatkan dan melakukan kebaikan. Yang terpenting bukan dimana dan siapa kita. Tetapi apa yang kita lakukan. Mampukah kita menjadikan apa yang ada pada diri kita sebagai ladang mengumpulkan amalan atau kita hanya menjadikannya tanah kosong yang gersang dan tak terolah?. Karena semua dari kita punya peluang yang sama, tak perlu risau dengan yang dipunyai dan yang dimiliki orang lain yang tidak kita punyai. Tugas kita adalah menjadi orang kreatif mengubah batu jadi permata dan gurun menjadi lembah. Ketika kita slalu melihat ke atas dan lupa melihat ke bawah, yang kita dapatkan adalah ketidakpuasan dan ketidaksyukuran. Dunia tak senaif itu tuk diratapi. #YaAff
Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar