Langsung ke konten utama

Pucak Teaching Farm

Ahad, 8 November 2015. Saatnya refreshing. Bukan refreshing pribadi, tetapi tetaptnya menemani para santri yang tahfidz. Memang seperti itu, terkadang kita perlu memanjakan diri melepaskankan sejenak I hari ini, euphoria santri sangat terasa. Meski santri yang iqro’ tdak ikut serta. Pagi ini, sebelum berangkat mereka diajak untuk berdzikir bersama. Mengingat tempat yang akan dituju adalah tempat yang asing. Terkadang orang lupa untuk berdzikir karena sibuk berdecak kagum dengan kesenangan yang ada di depan matanya. Tak heran jika kita sering menjumpai orang yang kesurupan ketika pergi berekreasi. atau mengunjungi tempat yang asing bagi mereka.

Tempat tujuan kami adalah Pucak. Heran juga sih, kenapa namanya pucak, tanpa uruf “n” diantara huruf U dan C. bikankah yang benar adalah puncak?. Ataukah memang bahasa di asalnya (Maros, red), puncak dinamakan pucak? Atau namanya memang Pucak, bukan bberarti Puncak? Entahlah.. saya masih penasaran dengan hal kecil ini. Ok, lokasinya di Maros. Berbatasan dengan kota Makassar. Mengunjunginya, kami tidak melalui jalan utama propinsi untuk menuju ke maros, tetapi melewati jalan yang tepat, singkat, dan alternative. Dari Daya, mengikuti jalur Paccerakang tembus perempatan menghubungkan Moncongloe, Maros dan antang, Makassar tembus ke Gowa. Perjalanan lumayan membuat mata bermanja dengan alam bebas. Namun, juga membuka mata bahwa benar kemarau begitu lama menyapa bumi. Tumbuhan terjajar rapi dengan lesunya. Kering kerontang, reruputan tak terlihat hijau. Dan lebih mirisnya, dengan kemarau ini, banyak pepohonan yang dibakar, seolah dipksa untuk mengakhiri petualangannya di bumi.

Jalan yang kami lalui berbelok-belok, dengan udara segar . empat mobil berjalan beriringan. Dan yang lebih membuatku bahagia adalah kali ini ibuku ikut serta. Entah tidak mengingatnya atau seperti apa, yang kutahu, ini adalah kali pertama pergi berefreshing bersamanya. Mungkin terdengar miris, tetapi memang kami hamper tidak pernah memikirkan untuk pergi yang namanya berekreasi. Hamper tidak pernah punya waktu untuk itu, atau karena kami tidak menganggap itu adalah hal yang perlu. Yah, mungkin kami adalah keluarga yang serius hehehe…..

Butuh kurang lebih sejam untuk tiba di lokasi. Di awal, kami melihat susunan rumah penginapan kayu yang sederhana tetapi menyejukkan. Di sisi sebelah kanan, barulah terlihat gerbang untuk masuk ke kolam renang. Meski hari ini adalah hari ahad, pengunjung tidak begitu banyak. Alhamdulillah. Itu artinya kami bisa menikmati hari ini. Ada tiga kolam renang disini. Dengan tingkat kedalaman yang bertingkat-tingkat. Di sisi sebelah kiri adalah kolam renang yang paling besar dengan kedalaman yang bisa digunakan oleh banyak kalangan. Kedalamannya sedang. Di bahagian kanan, ada kolam untuk baby, dan selanjutnya disinya sebuah kolam yang lumayan besar juga untuk mereka yang sudah ahli dlam berenang. Kedalamannya wow…


Tetapi, meski ngiler juga ingin mandi, tetapi cukup menikmati mereka asyik mandi saja. Selain kami (kakak, ipar, ponakan, ibuku, dan santri), juga ikut serta 3 ustadz mereka. Kan aneh kalau ikutan mandi. Saya memang bukan akhwat tulen, masih akhwat yang sangat..sangat biasa. Namun, untuk hal seperti itu, saya masih menjaganya, dan memegang prinsip-prinsip yang sejak dulu selalu kupertahankan. So, what? Jadilah saya penonton keseruan para santri mandi, dan sempat berjalan mengitari setiap sisinya. Walhasil sempat foto dengan harimau di kaca (entah itu harimau yang diawetkan, atau Cuma harimau buatan). Tetapi Alhamdulillah bisa menjadi wadah membujuk ponakan untuk tidak menangis dan minta selalu digendong oleh ortunya. Selain harimau2, ada rusa-rusaan, kambing, kancil dan bebek. Yah, lumayan bisa menghibur hati ponakanku, sebelum pada akhirnya diajak berenang. .

Melihat semua pada tertawa bahagia, ada bahagia disini. Bahagia, bahwa dengan rekreasi sederhana banyak hal yang bisa berpengaruh. Ada silaturrahim yang terjaga, ada kebahagiaan yang terasa, ada kepenatan yang mereda, ada kenangan yang terukir, ada cerita yang tercatat, da nada kesedihan yang terkikis. Syukran ya Rabb, atas hari ini. Atas nikmat melihat keindahan alammu yang selalu penuh pesona. dan izinkan kami terus memuji-Mu atas keindahan maha karya arsitek-Mu. semua makin menyadarkan kami bahwa segala sesuatu adalah kuasa-Mu dan kebahagiaan bisa datang dari hal yang sederhana sekalipun. Cukup dengan membuka mata melihat segala ciptaan-Mu.
PTF, 8 Nov 2015.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap