Langsung ke konten utama

Sejarah Keberpunyaan Tanah


Pikiran yang mungkin ngelantur ini muncul ketika perjalanan menuju Pucak, Maros. Saat itu, sambil menikmati perjalanan, melihat kanan kiri banyak lahan kosong, atau lahan yang digarap dengan perbatasan lahan yang jelas, siapa yang punya. Membuat perbincangan di mobil akhirnya membahas itu. Sempat terdengar dari mulut ibuku “betapa enanknya yang punya lahan disini, mereka tentunya kaya dan punya pemasukan yang banyak. Bagaimana tidak, lahan terlihat kebanyakan luas. Tiap orang mempunyai lahan yang luas”. Sambil mendengarkan celotehan ibuku, saya kemudian bertanya-tanya.
 
Awal pemikiranku, bukankah segala yang di dunia ini adalah cipataan Allah?. Termasuk dalam hal ini tanah. So, pada awalnya, pada dasarnya, tidak ada diantara kita yang punya hak kepemilikan tanah. Kalau demikian, ada suatu masa kepemilikan tanah menjadi hal yang pentinggg bagiii manusia? Saya kemudian berpikir, bagaimana awalnya?. Apakah pda awalnya manusia langsung saja mencap kepemilikan tanah? Yang mana ditempati, yang mana dijangkau, yang mana bisa diakui, maka langsung saja menjadi hak milik. Artinya, dulu yang menjadi penjelajah dan rajin buka lahan, dialah yang punya banyak tanah?. Ataukah mereka yang disegani di masyarakat, bisa dengan mudah mencaplok, tanah ini dan itu adalah miliknya. 
 
Lalu, dahulu yang berkompeten menjadi wadah untuk melaporkan tanah kepemilikan itu siapa? Dan apa bukti yang dibawa oleh seseorang yang dapat menjadikan dia dipercaya kalau dialah pemilik tanah itu. Kalau dipikir-pikir, nenek moyang kita dahulu enak ya. Mudah dapat tanah. Cukup rajin membuka lahan, trus lagsung mengakui kalau itu hak miliknya. Beres…. Artinya yang sampai sekarang masih punya banyak tanah warisan, berarti dulu nenek moyangnya rajin buka lahan kosong atau mungkin rajin berpetualang. atau... jangan-jangan dulu merupakan orang yang disegani, jadi mudah mengklaim kepemilikan lahan. upppzzz......

Hahahahaha… sekian pikiran ngelantur yaya soal tanah. Salah atau benarnya, wallahu ‘alam J.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap