Pikiran yang mungkin ngelantur ini muncul ketika perjalanan menuju Pucak, Maros. Saat itu, sambil menikmati perjalanan, melihat kanan kiri banyak lahan kosong, atau lahan yang digarap dengan perbatasan lahan yang jelas, siapa yang punya. Membuat perbincangan di mobil akhirnya membahas itu. Sempat terdengar dari mulut ibuku “betapa enanknya yang punya lahan disini, mereka tentunya kaya dan punya pemasukan yang banyak. Bagaimana tidak, lahan terlihat kebanyakan luas. Tiap orang mempunyai lahan yang luas”. Sambil mendengarkan celotehan ibuku, saya kemudian bertanya-tanya.
Awal pemikiranku, bukankah segala yang di dunia ini adalah cipataan Allah?. Termasuk dalam hal ini tanah. So, pada awalnya, pada dasarnya, tidak ada diantara kita yang punya hak kepemilikan tanah. Kalau demikian, ada suatu masa kepemilikan tanah menjadi hal yang pentinggg bagiii manusia? Saya kemudian berpikir, bagaimana awalnya?. Apakah pda awalnya manusia langsung saja mencap kepemilikan tanah? Yang mana ditempati, yang mana dijangkau, yang mana bisa diakui, maka langsung saja menjadi hak milik. Artinya, dulu yang menjadi penjelajah dan rajin buka lahan, dialah yang punya banyak tanah?. Ataukah mereka yang disegani di masyarakat, bisa dengan mudah mencaplok, tanah ini dan itu adalah miliknya.
Lalu, dahulu yang berkompeten menjadi wadah untuk melaporkan tanah kepemilikan itu siapa? Dan apa bukti yang dibawa oleh seseorang yang dapat menjadikan dia dipercaya kalau dialah pemilik tanah itu. Kalau dipikir-pikir, nenek moyang kita dahulu enak ya. Mudah dapat tanah. Cukup rajin membuka lahan, trus lagsung mengakui kalau itu hak miliknya. Beres…. Artinya yang sampai sekarang masih punya banyak tanah warisan, berarti dulu nenek moyangnya rajin buka lahan kosong atau mungkin rajin berpetualang. atau... jangan-jangan dulu merupakan orang yang disegani, jadi mudah mengklaim kepemilikan lahan. upppzzz......
Hahahahaha… sekian pikiran ngelantur yaya soal tanah. Salah atau benarnya, wallahu ‘alam J.
Hahahahaha… sekian pikiran ngelantur yaya soal tanah. Salah atau benarnya, wallahu ‘alam J.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar