Kuceritakan lagi sedikit tentangku. Ini tentang diriku yang semakin kupahami aku orang yang seperti apa. Awalnya kupikir bahwa diriku memang lahir untuk menjadi orang yang kalem dan pendiam. Tanya saja pada teman sekolahku sejak SD sampai SMA. Temanku hanya sedikit dan bahkan suaraku akan jarang dijumpai terdengar. Aku hanya berteman dengan beberapa orang, tentu suaraku menjadi suara emas untuk didengarkan. Seiring waktu berlalu, aku menjadi pribadi yang banyak berubah. Mungkin dengan lingkungan sekelilingku yang menuntut lebih banyak ngomong, atau mungkin saya yang semakin dewasa. Aku akhirnya semakin menjadi orang yang cerewet, apalagi kalau diskusi, aku masuk dalam jajaran orang yang menjengkelkan bagi teman-temanku, karena sering bertanya, menguji, mengkritik, tetapi juga ngotot. Wajar kalau akhirnya aku terkadang menjengkelkan. Tetapi bagiku, itu sebuah perkembangan positif bagiku. Kupikir, aku akan tetap menjadi seperti sebelumnya, kalem, diam dan sunyi.
Dengan berkembangnya sikapku, ada hal yang tetap tetapi juga ada yang berubah. Apa yang tetap dan berubah? Yang tetap mungkin adalah sikap dingin dan cuekku. Kalau sedang nggak mood dan benar-benar marah biasanya aku akan tetap diam. Kata ibuku, bak batu, maka akan terus saja diam, meski dicungkil sekalipun. Juga ketika dalam suasana yang tidak begitu kusukai, atau dengan orang yang menurutku sulit untuk berkawan dengan baik. Maka biasanya aku akan tetap menjadi orang yang pendiam dan kalem. Jarang ngomong dan berinteraksi. Tetapi, sebenarnya aku bukan benar-benar cuek dan diam karena diam-diam memperhatikan dan menelisik keadaan dan orang lebih dalam. Diam-diam memperhatikan. Jadi, kalau menemukan aku dalam keadaan yang menjadi sosok yang pendiam dan kalem, maka kondisinya bisa karena 3 hal 1) berada dalam suasana yang baru 2) berada pada lingkungan yang tidak begitu menyenangkan bagiku dan 3) berada di tengah orang-orang yang tidak nyambung, sekata, dan secerita. Tetapi jika aku bisa lepas tertawa, bercanda dengan leluasa, ngomong terus, bahkan bisa menampakkan diriku yang terjelek sekalipun, berarti aku berada kondisi yang nyaman. Itulah aku, yang tidak mudah beradaptasi dengan orang lain. Yah, mungkin dalam hubungan sosial sedikit parah. Lalu apa yang berubah? Menurutku, yang berubah adalah aku bisa tampil lebih banyak di depan umum, lebih cerewet dan bisa lebih bermanfaat bagi orang lain.
Apalagi tentangku? Sejauh ini yang bias kusimpulkan lagi bahwa aku adalah tipe orang yang tidak suka dipaksa dan diperintah. Waduh.. bahayya tuh. Iyya sih, mungkin banyak negatifnya. Aku tidak bisa menjadi bawahan. Dan tidak bisa jadi karyawan. Gimana coba kalau ada pekerjaan yang sudah deadline, mesti dikerjakan dengan segera dan harus dibawah tekanan. Kalau begitu mesti diperintah dan ditekan kan?. Sebenarnya, tidak semua situasi dimana saya ditekan dan dipaksa membuatku tidak suka dan tidak terima. Dipaksa dan diperintah yang kumaksud adalah dipaksa dengan tidak melihat kondisi, dipaksa dengan tidak memakai sopan santun. Begitupun dengan diperintah. Kalau mau memerintah, yah lihat sikon dan baik-baik caranya. Aku akan marah ketika diperintah atau dipaksa saat sibuk larut dalam sebuah pekerjaan lain. Apalagi kalau dengan nada yang tinggi dan seolah-olah membentak. Kalau begitu, tunggu saja aku bakal menjadi es. Dingin.. dan menakutkan. Bahkan bisa jadi sifat asli cuek dan jutek bakal kambuh. Kalian boleh memerintah dan memaksa, tetapi lakukanlah saat aku tidak sedang sibuk dengan sebuah pekerjaan. Kalian boleh memaksa dan memerintah, tetapi tolong gunakan kalimat yang lebih sopan. Karena kalau tidak, yaya akan menjadi orang yang sangat dingin dan menakutkan. Hehehe.. tetapi nggak sampai jadi drakula kok. Paling cuek bebek bin batu aja :D.
Satu hal lagi menurutku. Aku adalah orang yang paling nggak bisa menampakkan rasa sayang kepada orang lain. Masak sih? Yup… bahkan menyatakan kerinduan pada kedua orang tuaku saja rasanya berat dan nggak tahu. Lucu kan. Sebagai orang yang terkadang melo, saat rindu dengan keluarga apalagi dengan ortu, hanya bisa bermesra dengan berbagai kata rindu seorang diri. Bergumul sendiri dengan kata-kata rindu dan mesra seorang diri. Untuk menyatakan kepada langsung nggak bisa banget. Susah, kaku dan berat. Entahlah.. mungkin karena sejak kecil aku didik dengan keras dan juga didik mandiri dan tidak boleh cengeng. Hingga untuk menyatakan kerinduan pun susah minta ampun. Biasanya kan, kalau perempuan mudah menyatakan kerinduan kepada orang yang disayang, dalam hal ini bagiku adalah keluarga. Tak jarang kita melihat orang yang santai, dan mudah bermesra dengan keluarganya. Kalau ketemu bilang rindulah, sayanglah, kangenlah, atau apalah. Nah, aku? Jangankan langsung, via telpon atau media lainpun nggak bisa banget. Akhirnya, jadilah aku makhluk yang dingin sedingin-dinginnya. Paling tak berperasaan maybe. Meski sering dilanda rindu dengan keluarga, terutama ayah dan ibu, hanya bisa menangis sendu seorang diri, mengadu padaNya, menyatakan kerinduan dalam hati seorang diri, atau paling banter curhat via tulisan sana sini. Ahh.. yaya..
It’s me… so, yaya bukan orang yang sempurna. Yaya adalah orang yang paling banyak kekurangannya. Kalau menemui yaya dengan kondisi seperti di atas, harap dimaklumi. Bukan berarti yaya adalah orang yang jahat, cuek, judes, jutek atau tak perhatian.
#silent, Penghujung November 2015.
Dengan berkembangnya sikapku, ada hal yang tetap tetapi juga ada yang berubah. Apa yang tetap dan berubah? Yang tetap mungkin adalah sikap dingin dan cuekku. Kalau sedang nggak mood dan benar-benar marah biasanya aku akan tetap diam. Kata ibuku, bak batu, maka akan terus saja diam, meski dicungkil sekalipun. Juga ketika dalam suasana yang tidak begitu kusukai, atau dengan orang yang menurutku sulit untuk berkawan dengan baik. Maka biasanya aku akan tetap menjadi orang yang pendiam dan kalem. Jarang ngomong dan berinteraksi. Tetapi, sebenarnya aku bukan benar-benar cuek dan diam karena diam-diam memperhatikan dan menelisik keadaan dan orang lebih dalam. Diam-diam memperhatikan. Jadi, kalau menemukan aku dalam keadaan yang menjadi sosok yang pendiam dan kalem, maka kondisinya bisa karena 3 hal 1) berada dalam suasana yang baru 2) berada pada lingkungan yang tidak begitu menyenangkan bagiku dan 3) berada di tengah orang-orang yang tidak nyambung, sekata, dan secerita. Tetapi jika aku bisa lepas tertawa, bercanda dengan leluasa, ngomong terus, bahkan bisa menampakkan diriku yang terjelek sekalipun, berarti aku berada kondisi yang nyaman. Itulah aku, yang tidak mudah beradaptasi dengan orang lain. Yah, mungkin dalam hubungan sosial sedikit parah. Lalu apa yang berubah? Menurutku, yang berubah adalah aku bisa tampil lebih banyak di depan umum, lebih cerewet dan bisa lebih bermanfaat bagi orang lain.
Apalagi tentangku? Sejauh ini yang bias kusimpulkan lagi bahwa aku adalah tipe orang yang tidak suka dipaksa dan diperintah. Waduh.. bahayya tuh. Iyya sih, mungkin banyak negatifnya. Aku tidak bisa menjadi bawahan. Dan tidak bisa jadi karyawan. Gimana coba kalau ada pekerjaan yang sudah deadline, mesti dikerjakan dengan segera dan harus dibawah tekanan. Kalau begitu mesti diperintah dan ditekan kan?. Sebenarnya, tidak semua situasi dimana saya ditekan dan dipaksa membuatku tidak suka dan tidak terima. Dipaksa dan diperintah yang kumaksud adalah dipaksa dengan tidak melihat kondisi, dipaksa dengan tidak memakai sopan santun. Begitupun dengan diperintah. Kalau mau memerintah, yah lihat sikon dan baik-baik caranya. Aku akan marah ketika diperintah atau dipaksa saat sibuk larut dalam sebuah pekerjaan lain. Apalagi kalau dengan nada yang tinggi dan seolah-olah membentak. Kalau begitu, tunggu saja aku bakal menjadi es. Dingin.. dan menakutkan. Bahkan bisa jadi sifat asli cuek dan jutek bakal kambuh. Kalian boleh memerintah dan memaksa, tetapi lakukanlah saat aku tidak sedang sibuk dengan sebuah pekerjaan. Kalian boleh memaksa dan memerintah, tetapi tolong gunakan kalimat yang lebih sopan. Karena kalau tidak, yaya akan menjadi orang yang sangat dingin dan menakutkan. Hehehe.. tetapi nggak sampai jadi drakula kok. Paling cuek bebek bin batu aja :D.
Satu hal lagi menurutku. Aku adalah orang yang paling nggak bisa menampakkan rasa sayang kepada orang lain. Masak sih? Yup… bahkan menyatakan kerinduan pada kedua orang tuaku saja rasanya berat dan nggak tahu. Lucu kan. Sebagai orang yang terkadang melo, saat rindu dengan keluarga apalagi dengan ortu, hanya bisa bermesra dengan berbagai kata rindu seorang diri. Bergumul sendiri dengan kata-kata rindu dan mesra seorang diri. Untuk menyatakan kepada langsung nggak bisa banget. Susah, kaku dan berat. Entahlah.. mungkin karena sejak kecil aku didik dengan keras dan juga didik mandiri dan tidak boleh cengeng. Hingga untuk menyatakan kerinduan pun susah minta ampun. Biasanya kan, kalau perempuan mudah menyatakan kerinduan kepada orang yang disayang, dalam hal ini bagiku adalah keluarga. Tak jarang kita melihat orang yang santai, dan mudah bermesra dengan keluarganya. Kalau ketemu bilang rindulah, sayanglah, kangenlah, atau apalah. Nah, aku? Jangankan langsung, via telpon atau media lainpun nggak bisa banget. Akhirnya, jadilah aku makhluk yang dingin sedingin-dinginnya. Paling tak berperasaan maybe. Meski sering dilanda rindu dengan keluarga, terutama ayah dan ibu, hanya bisa menangis sendu seorang diri, mengadu padaNya, menyatakan kerinduan dalam hati seorang diri, atau paling banter curhat via tulisan sana sini. Ahh.. yaya..
It’s me… so, yaya bukan orang yang sempurna. Yaya adalah orang yang paling banyak kekurangannya. Kalau menemui yaya dengan kondisi seperti di atas, harap dimaklumi. Bukan berarti yaya adalah orang yang jahat, cuek, judes, jutek atau tak perhatian.
#silent, Penghujung November 2015.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar