Ada yang istimewa di penutupan musywil muhammadiyah dan aisyiyah tempo hari lalu. selain bahwa kota palopo sukses menjadi tuan rumah. hal ini ditandai dengan fasilitas yang memadai yang diperoleh, mulai dari penginapan dan juga akomodasi transportasi. ini membuat semua pihak, utamanya muhammadiyah palopo merasa berbahagia. hal lain, yang menarik adalah saat pidato wada' ketua umum pimpinan wilayah muhammadiyah, dalam hal ini pak Alwi Uddin . Beliau adalah sosok yang selalu kucitrakan sebagai ayahanda yang menakutkan, karena sejak berada di PW IRM 10 tahun yang lalu, beliau selalu datang menyatroni sekret dan memarahi sekecil apapun kesalahan kami. Dan saya waktu itu, hampir setiap ke pusdam selalu kena marahnya beliau. Kemarahan beliau, karena kami masih ada keluyuran di sekret di atas jam 8 malam. Kalau kedapatan sama beliau tunggu saja akan diceramahi habis-habisan dan langsung disuruh pulang. Tak ke nal siapa, tak kenal irmawan atau irmawati, akan kena marah juga. Jarak kost dengan pusdam saat itu lumayan jauh, makanya sering ingin nginap di sekret, kalau pulang kejauhan dan kemalaman. Meski dulu makassar masih aman pulang malam hari, tetapi sebagai mahasiswa tingkat awal rasa takut masih besar.
Biasanya, kalau ada rapat, selalu saja ada yang perlu dikerjakan sampai malam. bersama teman-teman PW yang lain, kami meramaikan pusdam, tanpa memperhatikan bahwa kami selalu dimonitoring oleh ayahanda PWM. tersebutlah Ust. Alwi yang saat itu belum menjadi ketua PWM, paling rajin menyambangi sekret. Dan selalu saja, beliau marah dengan melihat kami yang masih nyantai bekerja.
"ini sudah jam berapa?"
"ini..ini.. rumahnya dimana ?"
"mau nginap dimana?"
"ayo, cepat pulang, sudah larut malam. Kenapa ada perempuan, sudah larut malam masih keluyuran di sekret!"
Itulah kata-kata yang sering beliau katakan ketika menemukan kami. Kalau sudah terdengar suaranya di depan pintu sekret, karena tidak ada tempat untuk ngacir, yah, siap-siap saja menerima pidato kemerdekaan darinya. Harus siap dimarahi, dan harus segera benahi barang-barang dan angkat kaki dari sekret. Hal ini berlanjut, sampai beliau menjadi ketum PWM sulsel. Bukan hal yang baru kalau dimarahi sama beliau. apakah beliau benar-benar adalah ayah yang pemarah? apakah beliau benar-benar menakutkan? apakah beliau tak bisa diakrabpi? kalau kita melihat lebih dalam, mengenalnya lebih jauh, mungkin anggapan itu akan terbantahkan. dia adalah sosok ayah yang sederhana, perhatian, penyayang, dan humoris. Terkadang dalam pidato, ceramah, sambutannya, meski menyinggung namun tetap dikemas dalam nuansa humoris. inilah menjadi ciri khas beliau.
Apa yang beliau katakan di pidato wada'?. Beliau memang tidak lagi menjadi nahkoda Muhammadiyah sulsel untuk periode selanjutnya, oleh karenanya pada penutupan, menjadi pidato wada' baginya. Kurang lebih beliau menyampaikan:
"Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah bersama mengawal muhammadiyah selama 5 tahun. Ada banyak pihak yang berperan, terima kasih telah bersama, membantu dan menemani. Meski saya bukan lagi sebagai pucuk pimpinan, bukan berarti segala perjuangan berakhir sampai disini. Janganlah seperti orang-orang di partai politik, yang memimpin karena kepentingan. Ketika, tidak terpilih menjadi pimpinan, maka ia akan segera pamit undur diri dari perjuangan. Bukankah kehidupan memang seperti roda? kita kadang berada di bawah, kadang berada di atas. boleh jadi hari ini kita yang memerintah, esok kita menjadi orang yang diperintah. Kita harus saling mendukung, apapun dan siapa pun yang menjadi pimpinan. karena kepemimpinan yang baik tidak hanya diukur dari satu orang, tetapi diukur dari seluruh pihak. Apa gunanya ketua, jika tidak didampingi oleh anggotanya. Ketua, tak ada apa-apanya ketika tak memiliki orang-orang disekitarnya. mari, saling mendukung. dan mari saling menggembirakan. perjuangan di muhammadiyah ini sangat banyak dan tak mudah. Dibutuhkan orang yang benar-benar ingin bekerja. Dengan begitu, dibutuhkan saling dukung dan saling menggembirakan. Yassiruu wa laa tu'assiruu, basyiruu wa laa tunaffiruu. ”Permudahlah, jangan dipersulit,, berilah kabar gembira,jangan ditakut-takuti”. Begitulah kita semestinya dalam satu kesatuan. Karena, sebenarnya tidak ada yang perlu kita ributkan. Apalah yang kita perebutkan di muhammadiyah ini. Sekali lagi, terima kasih kepada seluruh pihak, dan juga mohon maaf kepada semuanya, terutama kepada yang pernah saya marahi, terlebih kepada Angkatan Muda. Mohon maaf, jika sering memarahi, dan mengkritik. Bukankah orang tua bisa memarahi anaknya. tetapi anak juga bisa mengkritik ayahnya. anak juga bisa mengkritik ibunya. itulah dinamika organisasi. Begitulah kehidupan rumah tangga antara anak, ibu dan ayah"
Mendnegar penuturan beliau, utamanya ucapan maaf. Mata yang sudah berkaca-kaca tak bisa dibendung lagi mengeluarkan air mata. Entahlah, kenapa mata ini begitu mudah menangis. Dan bukan hanya saya yang merasakan itu, di ruangan ada banyak orang yang matanya berkaca-kaca, bahkan menangis seperti saya. Ucapan itu, terdengar sangat tulus. dan jarang kita temui ada ayahanda yang dengan begitu santainya meminta maaf kepada anaknya. inilah yang kelak dirindukan oleh orang-orang. Sosok pemimpin, ayah yang tegas, blak-blakan, menyakitkan, tetapi perhatian. Ahhhhh... saya kembali mengingat, masa awal memasuki pusdam yang selalu kena marah oleh beliau. Namun, saya bangga dan haru dengan ungkapan maaf yang engkau sampaikan. Semoga Allah, memberikan ganjaran amal yang setimpal atas segala perjuangan dan pengorbananmu melalui persyarikatan ini.
Edisi masih mengenang musywil muhammadiyah dan asiyiyah sulsel.
Palopo, 30 desember 2015
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar