Langsung ke konten utama

Refleksi Akhir Tahun 2015 M

Malam ini adalah malam terakhir di tahun 2015. Apa yang mesti dilakukan? apa yang mesti dikatakan?. Apakah kita perlu merayakan pergantian tahun? apakah perlu membuat pesta? apakah perlu membakar kembang api?. ketahuilah, pergantian tahun, atau akhir tahun, atau awal tahun, atau apalah namanya bukanlah waktu yang mesti dilalui dengan pesta apalagi hura-hura. Dari segi ideologis, sudah jelas mengapa tak boleh merayakan pergantian tahun. dari segi kemanfaatan, apa yang kita peroleh?. Okelah, kita bahagia karena kita masih bisa melihat dan menikmati pergantian tahun, itu berarti kita masih diberi umur yang panjang. Tetapi, apakah kebahagiaan mesti diwujudkan dengan pesta yang berbau hura-hura?. Tidakkah kita bertanya-tanya, mengapa Allah masih membiarkanku menghirup udara di tahun baru? mengapa Allah masih memanjangkan umurku? Tidakkah kita berpikir bahwa itu karena Allah menginginkan kita bisa memperbaiki kesalahan, lebih mengumpulkan banyak bekal, dan agar kita bisa memuhasabahi diri seberapa siapkah kita menunggu waktu untuk dipanggil kembali oleh Allah.

Kita yakin, dan sering berkata bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. namun, sayangnya tidak sedikit yang lupa memaknai kata "sementara". jika sementara, berarti kehidupan kita akan berakhir bukan? Jika berakhir, apakah kehidupan akan berhenti disitu pula? Tidak kan? Justru kehidupan akhiratlah kehidupan kekal. Karena kehidupan akhirat adaah kekal, lalu sejauh mana kita telah mengumpulkan bekal untuk kehidupan yang lebih panjang? Benarkah saat ini kita telah mengumpulkan bekal? Tiap hari, apa yang tlah kita lakukan? adakah amal yang mengalir setiap hari di buku catatan kebaikan kita? atau jangan-jangan kita malah amnesia bahwa hidup di dunia hanya sementara, dan akhiratlah yang abadi. sehingga kita pun amnesia untuk berbuat kebaikan, amnesia untuk beribadah, dan amnesia untuk taubat. Seolah, waktu bisa kita kendalikan, ketika telah dekat masa game over, barulah bangkit dari amnesia. Yakin. bahwa kita akan tahu kapan saatnya game over? yakin, kalau umur kita akan panjang dan hidup sampai tua? yakin, kalau saat ingin taubat nanti Allah berkenan menghapus kelalaian-kelalaian yang kita sengaja? Dan apa yakin, saat sudah bangun dari amnesia, akan cukup waktu untuk mengumpulkan bekal, membayar waktu yang telah berlalu yang digunakan dengan kesia-siaan? apakah kita benar-benar yakin, sampai pura-pura amnesia? 

Tidakkah kita memperhatikan, akhir tahun ini, ada banyak berita duka, dan kebanyakan mereka dengan usia yang masih terbilang muda. Mereka masih dalam usia yang produktif untuk bekerja dan berusaha. Karena, memang Kematian tak pernah memandang status usia, ketika telah sampai waktunya, kita tak dapat sedikitpun mencekalnya, menundanya, memundurkannya. Tak ada satu pun diantara kita ynag tahu kapan waktunya malaikat maut menjemput kita? berapa tahun kedepankah? apakah tahun depan? bulan depan? pekan depan? esok? beberapa jam kemudian? atau bahkan beberapa detik kemudian.

Status ajal sama dengan jodoh dan rezeki. Kita tak perah bisa menduga kapan dan dimana kita akan menjumpainya. Dan kita pun tak pernah bisa sedikitpun untuk menyangkal dan berlari darinya. Ia akan datang dengan berbagai alasan. Dan kita pun tak punya alasan menolaknya. Sakit; typus, jantung, ginjal, kanker, lever, dsb hanyalah alasan. Kecelakaan; pesawat, mobil,motor, kapal, juga hanyalah alasan. Semua penyebab kematian hanyalah sebatas alasan. Ketentuannya telah digariskan, hanya alasanlah yang kemudian menjadi perantara kita akan menemuinya. Dengan peristiwa kematian, kita mesti makin memuhasabahi diri, sudah siapkah kita menunggu giliran untuk dipanggil? sudah punya bekalkah kita?. Dan semestinya, kita menyadari bahwa Kematian orang sekitar, selalu sukses menjadi nasehat kehidupan, bahwa sejatinya hidup adalah rangkaian waktu mengantri untuk menghadap kepadaNya. Hari yang kita lalui, bukanlah semata-mata tumpukan umur yang terus bertambah dan bertambah, namun sebenarnya, tiap hari yang kita lalui ibarat pergerakan waktu menuju jadwal antrian bagi kita untuk kembali.

Apakah kita setiap harinya masih sadar bahwa kita akan kembali? apakah kita masih sadar bahwa kehidupan ini benar hanyalah sementara? Apakah benar, yang kita lakukan setiap hari adalah mengumpulkan amal, bukan mengumpulkan dosa? Apakah benar, kita tidak hanya berpikir hidup enak, tetapi juga berpikir mati enak? Apakah benar, kita tidak selalu menangisi aneka impian hidup di dunia fana ini, tetapi selalu menangisi impian untuk kehidupan akhirat?. 

Saudaraku... Akhir tahun bukanlah waktu untuk berhura-hura. Sudahi kebiasaanmu. Mari mengintip catatan kehidupanmu. Apakah benar, kau akan tersenyum melihatnya? #Think 

#Muhasabah akhir tahun, Malam terakhir di tahun 2015. 
Dini Hari di Palopo, 31 Desember, 02.14 Wita

Komentar

  1. assalamualaikum ..jika kita hanya berkumpul bersama teman dan santap malam apakah itu termasud merayakan tahun baru atw tdk?

    BalasHapus
  2. wa'alaikumsalam. pertanyaan penting, sederhana tapi inti: Niat ngumpulnya apa? apa benar ngumpul bukan dengan niat untuk tahun baru?

    BalasHapus
  3. kak yaya, tulisanya bagus, ajarin aku.

    BalasHapus
  4. mau diajarin apa? ipeh kan lebih jago nulis :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap