Langsung ke konten utama

1 Januari 2016

Inilah frame mengawali tahun ini. Bukan untuk apa-apa. Cuma, sebelum balik ke Makassar (rencananya), saya mau lihat-lihat dan jalan-jalan melihat sekeliling. Rindu juga pada tempat bermain, berlarian, dan kejar-kejaran. Jalan yang kutelusuri adalah keluar lorong SMKN 2 Palopo ke arah Lemo-lemo, trus balik lagi masuk ke SMKN 2 Palopo. Nah, disitulah, memori masa kecilku menumpuk. Tempat, yang tiap hari kukunjungi dan kupreteli. Tempat itu, lapangannya sering kujadikan tempat bermain dengan teman-temanku. Jika sore telah menyapa, kami akan memadati lapangan tersebut. Entah main parlus, kasti, sepiring dua piring, domikadieska, bahka main bola. Juga tak ketinggalan menjadi tempat tujuan utama ketika hujan lebat turun. Serasa dikomandoi, anak-anak selorong pada ngumpul disitu bermain hujan. wuiiih.... seruunya.... 

Bukan hanya itu. SMKN 2 atau dulu lebih terkenal dengan STM, menjadi tempat bagiku menyatroni kelas untuk mencari kapur tulis. kalau ada yang tertinggal satu dos, ibarat dapat durian runtuh hehehhe.... apalagi kalau dapatnya kapur berwarna. wuiih... serasa jadi juragan mendadak. Dan siap-siap pamer pada teman-teman. Dan tentu saja senang melihat wajah iri teman yang melihatnya. Hahaha... dunia anak.... Apalagi...? STM juga punya sejarah dalam perjalanan sekolahku di SD. Karena SD ku letaknya pas belakang STM, makanya kami sering curi-curi kesempatan untuk lewat ke sekolah. Namun, karena jalanan menuju SD-ku sebenarnya tidak ada jalurrnya, cuma manjat pagar STM, makanya kami sering dimarahi bahkan dikejar kalau lewat. Hahaha... 
 
Mengenang itu, serasa pengen anak-anak lagi. Bagaimana tidak, SD kami itu dekat tetapi jauh. dekat di pandangan mata, tetapi jauh jika ditempuh. Alternatif jalan adalah lewat jalan raya besar, namun itu jaraknya lumayan jauh. keluar lorong dulu, trus jalan lewat jalan besar baru masuk lorong lagi. mana sekolah kami sudah dekat dengan kaki gunung. Trus, alternatif kedua adalah lewat lapangan tembak tentara yang penuh dengan padang-padang lalu menyusuri kaki gunung dan hutan-hutan kecil barulah dapat kompleks perumahan kecil dan sekolah kami. Jauhnya, kurang lebih sama. Namun, kadang mikir lewat situ apalagi kalau hujan dan tak punya teman. Karena masa saya kecil, pernah marak tukang potong kepala, yang katanya untuk pembangunan jembatan di kalimantan, juga dulu marak vampire2an gitu. Efek dari film vampire yang banyak tayang di TV. Namanya juga anak-anak, dengar cerita begitu, sudah pasti takut kemana-mana sendirian. Kalupun pergi, tidak lupa bawa bawang putih. Nah loh, apa hubungannya??? katanya vampire takut ma bawang putih hahahha.....

Pernah kami pulang dari sekolah semasa SD. Saat itu lagi santer tentang pemotong kepala. Untuk ke Sekolah dan pulang, kami saling tunggu banyak orang barulah berangkat. Yah, untuk jaga-jaga sih. Saat itu kami melewati jalan lewat kaki gunung. Jalanan kami adalah jembatan batang kelapa trus melewati kaki gunung yang belum begitu sering dijamah manusia kecuali oleh para pekebun dan kami anak sekolah. Ketika melewati jembatan, diantara kami ada yang melihat agak dekat dari situ pepohonan bergerak dan diiringi suara seseorang. Dengan melihat itu, ada yang langsung berteriak: "tukang potong kepalaaaaaaa.... lariiiiiiiiiiiiiiiiiii". Tanpa menunggu lama, kami semuanya berlarian tunggang -langgang seolah dikejar setan. Sudah tak peduli pada pakaian, sepatu, alat sekolah, bahkan teman. Yang ada di kepala, bagaimana caranya bisa sampai segera di rumah. Mungkin, jika ada yang sempat melihat waja-wajah kami, yang terlihat disana adalah wajah ketakutan dan pucat pasi. Bagaimana tidak, kami berlarian benar-benar kencang.. sekencang-kencangnya. sehingga lapangan yang penuh dengan padang-padang dan bahkan ada perangkap lumpur dan tahi sapi kami lewati tanpa mikir lagi. ibarat kami lagi lomba lari. hahahhahaha...... napas memburu, pakaian penuh lumpur dan padang-padang, alat tulis entah berjatuhan, ta lagi dipikirkan. Perasaan akan enakan hanya ketika sampai di rumah. walhasil, orang di rumah keheranan melihat tampang kami :D. 

Tempat lain yang berkesan masa kecil dulu adalah MAN Palopo. Wah.. kayaknya saya jadi penjelajah sekolah ya?. Maklum, sekitran rumahku ada beberapa sekolah. Intensitas ke MAN dan ke STM memang tidak sama. lebih sering ke STM. Tetapi MAN memberikan cerita tersendiri. MAN menjadi tujuan utama ketika musim jambu telah tiba. hahahha.. ketahuan.... kenapa? Karena disanalah banyak pohon jambu dengan batang tang tidak begitu tinggi untuk dipanjat dan juga buahnya banyak. Sebenarnya sih tidak diizinkan ngambil sembarang, kadang juga dimarahi kalau manjat, apalagi kalau jambunya belum masak beneran, dan bergelantungan mematahkan batangnya. Tetapi, namanya anak-anak, kami tidak kapok juga. Dimarahi, pergi.. datang lagi... dimarahi.. pergi.. datang lagi. wkwkwkwk.... Sasaran lainnya adalah pohon jambu besar yang ada di belkang gedung MAN. Ada jambu putih dan merah. Nah, ini menjadi buah jambu yang palig banyak diidamkan, selain enak, juga manis dan besar. Tetapi sama saja, kami juga sering dimarahi kalau mengambilnya. MAN juga jadi tempat bermainku. ada tetangga yang kebetulan menjadi guru disitu. Anak-anaknya adalh teman bermain kami. So, kami sering ke rumahnya dan ke belakang MAN untuk berman, entah main lari-larian, sembuny-sembunyian, atau sekedar mencari "bibbi". Ada lagi... MAN menjadi tempatku mencari dan memetik daun singkong yang tumbuh liar untuk kemudian dijual. bukan untuk apa-apa, tetapi untuk digunakan membeli peralatn sekolah. Sejak kecil, memang kami dididik mandiri. Mau sesuatu, harus berusaha. 

Satu lagi tempatku berlaian masa kecil dulu. STAIN Palopo, yang sekarang telag beralih menjadi IAIN. intensitasnya tidak begitu sering sih, tetapi lumayan memberikan kepingan kenangan tersendiri. Dulu, STAIN menjadi tempat yang lumayan bersih, bagus dan mewah menurutku. Jadinya, masuk juga agak segan-segan. Tetapi namanya anak-anak, tetap saja penasarannya tinggi. Kami pun menyatroni kampus, mengelilingi kelas demi kelas dan sudut demi sudut. Mungkin kalau sudah marak hp dan selfie, kami sudah rajin selfie kali ya hahahha.... Nah, yang menjadi musibah atas keusilan kami adalah saat kami dengan santainya memetik bunga yang indah kami lihat. Kalau ada bunga cantik, lagsung dipetik, atau bahkan dipatahkan. Kalau sudah begitu, ketahuan sama orang-orang, kami akan dimarahi dan dikejar. hehehe.. kayakx masa kecilku benar-benar jahil dan suka dikejar ya :D. Kenangan lain adalah, STAIN pernah menjadi tempatku menimba ilmu Al-Qur'an. Saat itu, saya sudah beranjak remaja. Sudah masuk SMP. Tetapi tentu, SMP dulu beda dengan sekarang. Kami SMP masih sangat lugu. Saya dan beberap teman, entah dimulai dari siapa salin mengajak pergi ke STAIN belajar mengaji, khususnya belajar melantunkan ayat AL-Qur'an dengan indah. Bahasanya kami adalah "melagu". Sebenarnya, dulu cuma ikut-ikutan sih, dan niatan banyak temanku juga salah sebelumnya. Karena pergi ngaji karena gurunya baik, sholeh, alim dan juga cakep. Hahahahha... ketahuan nih. Karena diajak sama teman dan daripada berdiam diri di rumah, yah sudhlah, nggak apa-apa ikut belajar. Memang belajarnya bagus, plus diajar sama ustadz yang keren pula. Saat itu, sedikit demi sedikit pandai melagu, meski masih fals. Juga beberapa kali bersama teman-teman ikut lomba, cuma karena saya saat itu sudah SMP, dan lomba sudah mensyaratkan minimal SD, yah jadinya jadi penyemangat teman-teman saja. Tak jarang loh kami jadi juara, apalagi lomba adzan yang sering dijuarai adikku dan temannya, sholat berjama'ah, sampai lomba makan krupuk. Namun, sayangnya hal itu tidak berlangsung begitu lama. Lupa, dulu kenapa saya berhenti. Tapi kalau tidak salah ingat sih, karena di sekolah memberlakukan sistem belajar sore.

Ahhh.... menyusuri tempat-tempat itu, membuatku rindu dengan teman-teman masa kecilku. Entah merea sudah pada dimana. Yang masih ada di kampung pun entah ada dimana. EFek dari jarang pulkam nih. Dan... mengunjungi tempat-tempat itu, membuat semua potongan kennagan yang masih bisa kumunculkan, berkelebat hebat memenuhi ingatanku. Saya rindu masa itu. Masa kecil yang benar-benar jauh dari hiruk-pikuk dunia, kegalauan, kesedihan dan juga jauh dari gadget tentunya. Masa kecilku.. masa indah buatku.... Ini masa kecilku... mana masa kecilmu...???

Berikut, kutipan frame yang lain...............










 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap