Langsung ke konten utama

Hidup yang Menyedihkan

Apakah hidup yang menyedihkan itu? bagaimana? seperti apa? mungkinkah hidup yang diliputi serba kekurangan? hidup dalam kemiskinan? hidup dalam kondisi serba tidak ada? Tak punya harta, jabatan, kekuasaan, kekuatan? ataukah yang hidup  setiap hari mengais nasib untuk sesuap nasi? ataukah mereka yang tak punya rumah, tak beralas kaki? atau jangan-jangan mereka dengan fisik yang terbatas?. cobalah bertanya kepada mereka, apakah hidup yang mereka jalani semua bernama kesedihan?. Tak pernahkah kita melihat mereka tertawa lepas dan bahagia?. bahkan, mereka dengan kekurangan yang sering kita defenisikan sebagai kesedihan dengan mudahnya tertawa bahagia. meski sederhana menurut sebahagian orang. Bukankah memang kebahagiaan itu sederhana? 

Hampir semua kita sepakat bahwa hidup yang seperti digambarakan diatas, itulah yang menyedihkan. Yang mana lagi menyedihkan selain itu? apa ada?. Ada hal yang sejatinya menjadi hidup yang menyedihkan. Hidup yang seperti apakah itu?. "Hidup yang membenci kehidupan itu sendiri". Hidup yang selalu dibarengi dnegan kebencian. Bukan membenci orang lain, tetapi membenci kehidupannya sendiri. Tidak menerima apa yang dia miliki, apa yang dicapai, apa yang dipunyai, apa yang bermanfaat darinya, apa yang dijalani, apa yang dihadapi. Apapun yang ada pada dirinya selalu ditolak oleh dirinya sendiri. Hingga hidupnya penuh dengan kebencian, amarah dan dendam. Parahnya, semua bukan ditujukan kepada orang lain, tetapi ditujukan kepada dirinya sendiri.

"Kau bertahan pada semua luka yang menyakiti hatimu. kau tak mengakui dirimu sendiri. Kau tak mengakui orang disekitarmu. kau tau mau menerima orang lain. kau tak pernah mau tahu apa yang kau butuhkan. Kau menyiksa dirimu. hidupmu tidak fokus. tetapi kau mencoba untuk terlihat kuat dan tenang. Itulah orang yang paling tidak beruntung!. Itulah hidup yang paling menyedihkan!" *God's Gift 14 Days*

Itulah hidup yang menyedihkan. Hidup yang tak peduli dengan dirinya, menyiksa dirinya, berpura-pura dengan dirinya, selalu menyalahkan dirinya, Tidak mau menerima apa yang dimiliki. Hargailah dirimu!. Sebagaimanapun kecewa dan rasa bersalah yang hadir, jangan persudutkan dirimu terlalu dalam. Jangan benamkan dirimu dan palung terjauh. hargailah! Sayangilah!. Bukan mempersalahkan diri yang harus kau lakukan. Bukan berpura-pura yang harus kau perlihatkan. Dan bukan penolakan yang harus kau berikan. Dirimu mungkin tak selalu benar. kau mungkin pernah sangat bersalah. Mungkin dirimu ingin memberikan pelajaran pada dirimu. namun, jangan lupa pula tuk memberikan ruang maaf kepadanya. Persalahkan, tetapi Maafkan. Maafkan lalu perbaiki. karena bagaimanapun, hidupmu berhak membahagiakan. ^_^
*Ramadhan Mubarak*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap