Langsung ke konten utama

Suara anak Perempuan Menjelang Lebaran

Lebaran selalu menawarkan kegembiraan bagi setiap ummat muslim. Lebaran seperti permata yang bernilai tinggi dan selalu didambakan. Wajar saja, ketika lebaran telah dekat, banyak aktivitas yang justru beralih untuk mempersiapkan segala sesuataunya. mempersiapkan pakaianlah, makannanlah, rumahlah, peraotlah, assesorislah, inilah, itulah. Hingga ada yang gagal fokus di akhir ramadhan, sibuk bertawaf ria atau beritiqaf yang tidak semestinya. Tawafnya beralih ke pasar, mall, atau tawaf ke terminal dan bandara. katanya, ramadhan dibagi menjadi 3 tahapan tawaf. pekan pertama tawaf di mesjid, pekan kedua tawaf ke mall, dan pekan ketiga tawaf di terminal/pelabuhan/bandara. Apakah kita termasuk salah satu diantaranya?

Kalau para ibu-ibu di rumah, bukan tawaf yang dilakukan, tetapi beritiqaf di rumah, bukan di mesjid. apa yang dilakukan di rumah? bukan lebih banyak beribadah tetapi beritiqaf membongkar sana sini mengatur posisi semua barang di rumah, ganti sana sini perabot dan assesoris rumah. dan yang terakhir yaitu i'tikaf membuat kue lebaran. H-7 lebaran, biasanya rumah-rumah sudah dihiasi aroma kue lebaran. toples pun berjajar rapi. Dan anak gadis pun  harus ikut serta menemani i'tikaf itu. Tak terkecuali saya.

Kali ini, pembuatan kue sangat terlambat, H-2 barulah ada aktivitas pembuatan kue. Biasanya, kakak iparku yang sibuk di dapur mempersiapkan kue seperti apa yang mesti dibuat. namun, karena ia lagi sakit, jadilah nyaris tidak ada pembuatan kue di rumah. Di hari pertama hanya memanggil tante dan tetangga membantu membuat kue. itupun hanya sedikit. Rasanya ada rasa miris dan sedih. Karena kalau saja saya pintar membuat kue, mungkin sejak kemarin  kue sudah kubuat. namun apalah daya, saya hanya bisa meminta maaf bahwa tak banyak yang bisa kubuat. bahkan di hari kedua pembuatan kue, kakak laki-lakiku yang membuat adonan kue, saya hanya kebahagian membakar, dan juga mengatur kue. 

ahh ibu.. maafkan anak gadismu ini. maaf karena anakmu ini tidak pandai bahkan tidak bisa membuat kue. Kalau bisa memilih, saya lebih baik disuruh membwakan materi berjam-jam dalam kegiatan daripada disuruh membuat kue. asli tidak bisa. Yang bisa kulakukan hanya melekukan pembakaran, itupun masih sering gosong. Berarti perencanaan dan pendugaan yang kulakukan masih keliru. huffftt.... yang paling bisa kulakukan hanyalah menyusun kue ke dalam toples. dijamin akan rapi. Betapa tidak, menyusun kue itu seolah menyelesaiakan deret dan barisan aritmetika. Kuhayalkan kue-kue itu harus kususn sedemikian rupa dengan beda yang beraturan. dasar anak matematika.. tahunya hanya bisa bikin deret. Sampai-sampai kue juga dianggap deret aritmetika hahaha..

#ramadhnmubarak #akhirramadhan #deritajelangramadhan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap