Langsung ke konten utama

Mari Pulang Wahai Guru Kami Ke Tanah Bugis Kita

Adakah yang berfikir. Saat persatuan ummat muslim sedang di galakkan demi melawan kafir penista. Tiba2 sekelompok orang entah dari mana dan di dukung siapa menunjukkan perlawanan tak tanggung2 pada ustd2 yg bersebrangan pemahaman dengan mereka.

Setelah berbagai ormas islam bersatu di bawah bendera bela islam. Tiba-tiba saat Mendekati putaran kedua pilkada DKI, segala perbedaan yg harusnya bagai luka yg telah mengering kini mulai dikorek2 oleh sekelompok orang yg mengatasnamakan diri pemuda dengan bendera organisasi yg lumayan besar diindonesia menunjukkan permusuhan. Permusuhan yg entah siapa yg meniupkan. Adakah yg berfikir. Ini salah satu siasat para pembenci islam kepada pemuda-pemudi pembela islam. Saat mereka melihat bahwa kekuatan tak akan mampu memenangkan si kafir penista. Mereka mencari jalan lain dengan mengadu domba kita. Lalu. Ketika ada yg mulai terhasut. Siapa yg akan bertepuk tangan? Yah.. mereka yg telah meniupkan kobar permusuhan dengan memunculkan kata WAHABI diantara kuatnya ukhuwah yg sempat terjalin.

Cerdaslah wahai pemuda islam.. Cerdaslah.. 
Musuh kalian jelas dan nyata. Bukan kami yg kalian sebut WAHABI hanya karena kami tak tahlilan, tak selalu qunut, tak yasinan, tak isra'miraj atau maulidan. Bukan kami. Kami adalah saudaramu dalam satu kata "laaa ilaaha illallah.. " ustad2 kami bukan musuh kalian. Jika ustd kami ust. Khalid Basalamah, ustd. Zaitun Rasmin dan lain-lain kalian usir dr tempat kalian saat mereka akan mendakwahkan kalimat tauhid. Maka bukan hal yg sulit bagi kami mengajak mereka pulang ke negeri kami tanah bugis . Asal kalian tahu. Di sini kami sangat mencintai mereka. Setiap untaian kata dari mereka adalah warisan para Nabi. Kami mencintai mereka seiring ketaatannya pada Ilahi. Kami sakit hati saat melihat mereka kalian usir padahal disini jamaahnya melimpah menanti.

Namun kawan, wahai pemuda dengan bendera Hijau. Kami tak akan marah pada kalian. Kami hanya sedih. Dan prihatin akan mudahnya bendera2 merah menghembuskan api permusuhan ke dada kalian wahai saudaraku pemuda pemegang panji hijau. Saat indahnya persatuan dalam kalimat Allahu akbar kita teriakkan dibawah guyuran hujan berapa Bulan lalu. Kini kalian tiba2 datang dengan label islam memusuh kami. Dengan kekhawatiran yg tak masuk akal..

Ah sudahlah kawan. Seperti itulah hati manusia. Dunia terus membolak baliknya. Syaitan begitu pandai mengambil celah. Jika ustd kami tak kalian terima di tanahmu. Maka kalian harus tahu. Tak perduli 11 rakaat atau 23 rakaat, qunut atau tdk. Kami tetap mencintaimu sebagai saudara kami.

Wahai ustd kami yg kami cintai. Jika mereka mengusirmu dari tanah mereka. Pulanglah ke tanah bugis kita. Disini kami ribuan jamaahmu menanti bulir2 nasehat sejuk mu. Kami menanti guyuran ilmu dalam balutan i'ttiba. Kami selalu menanti. Dan kalian yg telah mengusirnya jika kelak kemarahan kalian telah reda. Jika salah paham kalian telah sirna. Datanglah ketanah bugis kami. Kami tak akan menyambutmu dengan badi' atau senjata seperti yg kalian ancamkan pada kami. Kami akan menanti dengan pelukan persaudaraan di bawah satu bendera. Bukan hijau, putih atau merah. Namun di bawah satu bendera yaitu panji islam. Kami menanti..
(By : Aztriana Ummu Hudzaifah).

Komentar saya tentang tulisan ini bisa dilihat di tulisan berikutnya disini.
#copasviaFB
#KeepOurUlama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap