Langsung ke konten utama

Nyakko

Prolog:
Tersebutlah disebuah pulau kecil nan indah. ada dua orang sahabat yang sedang terperangkap diantara hamparan laut yang membiru. Laut memang indah. Langit memang mengagumkan. Angin memang sepoi melenakan. Tetapi, apalah artinya semua itu jika tidak bisa terbebas dari keterasingan dari dunia luar. Saling menguatkanlah mereka. Meski yang satu lihai menyusun kata bercerita langsung, maka yang satunya hanya bisa menorehkan tinta untuk menasehati.
***

Hai kak. Sebelum menulis terlalu panjang, izinkan adikmu ini meminta maaf. Maaf jika aku terlalu pengecut untuk bicara langsung. Maaf jika aku tidak berani menasihati secara langsung. Setidaknya dengan begini, seakan-akan aku menasihati diri sendiri. Sebenarnya ada alasan lain, kak. Sejujurnya, aku pun takut. Aku takut jika harus menertawakan diri sendiri di masa depan. Aku takut kak, sangat takut. Jika kejadian serupa pun akan dihadapi oleh adikmu ini. Bukan tidak mungkin. Ya, peluangnya pun tetap sama. Seperdua. 

Ah, aku bahkan dianggap adik sesifat. Sangat benar, kita sama, kak. Aku juga begitu. Susah jatuh hati pada lelaki... dan sekalinya jatuh hati, akan susah untuk melepas. Ah, tapi apalah aku dibandingkan dengan banyak kisahmu yang menjadikanmu orang yang super tegar. Dirimu tentu jauh lebih berpengalaman. Eh, hei kak. Barangkali jika dihadapkan dengan takdir serupa, aku pun tidak akan mampu. Perempuan mana yang tidak luluh dengan janji seorang lelaki yang terdengar gagah? Ah, bahkan aku juga ikut bahagia saat pertama kali mendengar ceritamu. Kufikir itulah saatnya Allah membalas kesabaranmu atas semua cerita-cerita yang pernah engkau bagi. 

Perempuan mana yang tidak bahagia? Jika diujung penantiannya dia justru diberikan yang terbaik ‘menurutnya’. Saat itu aku benar-benar bahagia kak. Tapi tidak lama kau kembali bercerita tentangnya. Ya, tentangnya. Tapi kali ini bukan kabar bahagia yang kuterima. Ah, aku pun ikut merasa pilu kak. Bagaimana mungkin kepercayaan dinilai sekecil itu, oleh seorang lelaki. Dengan banyak kata-kata yang menjanjikan harapan. Kabar itu membuatku harus menyesali beberapa kalimat over yang pernah kulontarkan beberapa bulan yang lalu. Benar kak, kali ini adikmu sudah takut terlalu banyak bicara. Adikmu takut, jika harus menambah ‘sakit’.

Jujur, kak. Awalnya aku sangat respect dengan takdirmu. Dengan kau yang begitu sabar menghadapi banyak fitnah. Dengan dirimu yang terus berderai air mata menjalani banyak ujian. Sejujurnya aku kagum. Tapi beberapa bulan kemudian, ada hal yang kusesalkan dari dirimu :( Ujian ini tidak membuatmu semakin tegar, justru menjadikanmu seorang yang kuraglebih tidak kukenal. Ah, kak.. kumohon jangan berubah hanya karena lelaki. Dengan banyak kisahmu kak, aku tahu ada yang sifat berbeda yang kita miliki. Dan ini sangat menentukan bagaimana kita bersikap jika dihadapkan dengan keadaan yang serupa. Tentu saja ada bedanya kak. Adikmu ini bukan orang yang gampang memberi kesempatan kedua. Dan awalnya, kupikir dirimu pun sama. Ah, kak.. itu yang membedakan, dan seharusnya itulah kuncinya.

Ah tapi kutahu, kau bukanlah orang yang sembarangan. Kau tentu punya alasan, mengapa kau harus memberi kesempatan kedua. Kak, yakinlah. Jika dia yang terbaik maka diapun akan kembali di waktu yang tepat. Jika bukan dia orangnya, yakinlah Allah telah menyiapkan orang yang jauuuuuh lebih istimewa. Orang yang lebih pantas disandingkan dengan kesabaranmu. Kalaupun tidak keduanya, maka dengan kesabaran itu semoga Allah menjadikanmu Bidadari Surga yang Paling Penyabar. Jatuh cinta... bahkan di umurku yang sekarang, aku sudah terkena cipratannya. Apalagi di usia yang telah matang sepertimu, naluri itu tentu semakin menggebu. Tapi coba ingat ini baik-baik kak, “Allah sudah menetapkan rezeki, jodoh, dan ajal. Sebenarnya tanpa bekerja pun, seseorang masih bisa hidup jika ajalnya belumlah sampai. Hanya saja dia berada dalam kesusahan. Sedangkan untuk perkara jodoh, Allah sudah menyiapkan semuanya kak. Entahlah akan berjodoh di dunia atau di akhirat. Sedangkan ajal juga sudah ditetapkan. Lalu bagaimana kehidupan setelah mati? Sebenarnya itu yang harus selalu kita fikirkan, kak. Kita sudah terlalu banyak memusingkan perkara dunia. Lupa bahwa semuanya hanya bersifat semu. Oh iya, katanya di surga semua akan berpasang-pasangan. Bukankah lebih baik mengejar kebahagiaan itu? Daripada sibuk menyakiti hati dengan janji-janji dunia”. .... aaahh, sebenarnya menulis begitu sama saja aku memunafikkan diri kak. Saat ini adikmu pun sedang dalam pengharapan yang tak berujung. Sedang mengharapkan janji semu dari seorang makhluk bernama lelaki. Tapi aku urung menceritakannya kepada siapapun kak. Aku takut, jika harus merasakan luka yang lebih sakit dengan bahagia yang terlalu kubesar-besarkan. Cukup Tuhanku yang tahu, seberapa baik dan seberapa pantasnya orang yang kumaksud.

Terkait dengan prediksimu ‘dia terlihat sangat bahagia’, hmm kak, bukankah kau yang mengajariku tentag fakta dan kebenaran? Bahwa tidak setiap kebenaran jatuh sebagai fakta. dan tidak setiap yang terlihat adalah kebenaran. Banyak kemungkinan lain kak yang Allah atur tanpa bisa ditembus dengan pemikiran makhluk-Nya. Ah, dari sini aku bahkan bisa mengukur seberapa jauh rasa sukamu. Tidak kak, aku tidak pernah memintamu melupakan perasaan itu. Sama sekali tidak. Aku hanya menyayangkan banyak perubahan yang kulihat setelah kejadian itu. Jika benar demikian inginmu, jangan sungkan minta pada Tuhanmu, kak. Setiap hari. Setiap jam. Setiap detik. Benar kak jangan pernah berhenti berharap dari karunia Tuhanmu. Bawalah ia kedalam sujud panjangmu di sepertiga malam. Jangan pernah berputus asa dari rahmat Tuhanmu..........

Atau barangkali, dia memang takdirmu. Hanya saja kau mencintainya diatas kecintaanmu pada-Nya. Oh, bukankah itu sering terjadi dalam banyak kisah cinta? Sehingga Allah harus memisahkan demi menyampaikan rasa cemburunya. Bisa jadi kak. 
Ah kak, kisah ini begitu banyak mengajariku arti kehidupan~

Epilog:
Dan...... keduanya pun sukses berderai..

Syukran dek.... Jangan lelalh menasehati. Jangan lelah menegur. Jangan lelah menguatkan. Jangan lelah mendo'akan. Itulah nikmat dari ukhuwah... ada nasehat yg selalu diberi dari mereka yang peduli. Jazaakumullahu Khairan...

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap