Tersebutlah disebuah pulau kecil nan indah. ada dua orang sahabat yang sedang terperangkap diantara hamparan laut yang membiru. Laut memang indah. Langit memang mengagumkan. Angin memang sepoi melenakan. Tetapi, apalah artinya semua itu jika tidak bisa terbebas dari keterasingan dari dunia luar. Saling menguatkanlah mereka. Meski yang satu lihai menyusun kata bercerita langsung, maka yang satunya hanya bisa menorehkan tinta untuk menasehati.
***
Hai kak. Sebelum menulis terlalu panjang, izinkan adikmu ini meminta maaf. Maaf jika aku terlalu pengecut untuk bicara langsung. Maaf jika aku tidak berani menasihati secara langsung. Setidaknya dengan begini, seakan-akan aku menasihati diri sendiri. Sebenarnya ada alasan lain, kak. Sejujurnya, aku pun takut. Aku takut jika harus menertawakan diri sendiri di masa depan. Aku takut kak, sangat takut. Jika kejadian serupa pun akan dihadapi oleh adikmu ini. Bukan tidak mungkin. Ya, peluangnya pun tetap sama. Seperdua.
Ah, aku bahkan dianggap adik sesifat. Sangat benar, kita sama, kak. Aku juga begitu. Susah jatuh hati pada lelaki... dan sekalinya jatuh hati, akan susah untuk melepas. Ah, tapi apalah aku dibandingkan dengan banyak kisahmu yang menjadikanmu orang yang super tegar. Dirimu tentu jauh lebih berpengalaman. Eh, hei kak. Barangkali jika dihadapkan dengan takdir serupa, aku pun tidak akan mampu. Perempuan mana yang tidak luluh dengan janji seorang lelaki yang terdengar gagah? Ah, bahkan aku juga ikut bahagia saat pertama kali mendengar ceritamu. Kufikir itulah saatnya Allah membalas kesabaranmu atas semua cerita-cerita yang pernah engkau bagi.
Perempuan mana yang tidak bahagia? Jika diujung penantiannya dia justru diberikan yang terbaik ‘menurutnya’. Saat itu aku benar-benar bahagia kak. Tapi tidak lama kau kembali bercerita tentangnya. Ya, tentangnya. Tapi kali ini bukan kabar bahagia yang kuterima. Ah, aku pun ikut merasa pilu kak. Bagaimana mungkin kepercayaan dinilai sekecil itu, oleh seorang lelaki. Dengan banyak kata-kata yang menjanjikan harapan. Kabar itu membuatku harus menyesali beberapa kalimat over yang pernah kulontarkan beberapa bulan yang lalu. Benar kak, kali ini adikmu sudah takut terlalu banyak bicara. Adikmu takut, jika harus menambah ‘sakit’.
Jujur, kak. Awalnya aku sangat respect dengan takdirmu. Dengan kau yang begitu sabar menghadapi banyak fitnah. Dengan dirimu yang terus berderai air mata menjalani banyak ujian. Sejujurnya aku kagum. Tapi beberapa bulan kemudian, ada hal yang kusesalkan dari dirimu :( Ujian ini tidak membuatmu semakin tegar, justru menjadikanmu seorang yang kuraglebih tidak kukenal. Ah, kak.. kumohon jangan berubah hanya karena lelaki. Dengan banyak kisahmu kak, aku tahu ada yang sifat berbeda yang kita miliki. Dan ini sangat menentukan bagaimana kita bersikap jika dihadapkan dengan keadaan yang serupa. Tentu saja ada bedanya kak. Adikmu ini bukan orang yang gampang memberi kesempatan kedua. Dan awalnya, kupikir dirimu pun sama. Ah, kak.. itu yang membedakan, dan seharusnya itulah kuncinya.
Ah tapi kutahu, kau bukanlah orang yang sembarangan. Kau tentu punya alasan, mengapa kau harus memberi kesempatan kedua. Kak, yakinlah. Jika dia yang terbaik maka diapun akan kembali di waktu yang tepat. Jika bukan dia orangnya, yakinlah Allah telah menyiapkan orang yang jauuuuuh lebih istimewa. Orang yang lebih pantas disandingkan dengan kesabaranmu. Kalaupun tidak keduanya, maka dengan kesabaran itu semoga Allah menjadikanmu Bidadari Surga yang Paling Penyabar. Jatuh cinta... bahkan di umurku yang sekarang, aku sudah terkena cipratannya. Apalagi di usia yang telah matang sepertimu, naluri itu tentu semakin menggebu. Tapi coba ingat ini baik-baik kak, “Allah sudah menetapkan rezeki, jodoh, dan ajal. Sebenarnya tanpa bekerja pun, seseorang masih bisa hidup jika ajalnya belumlah sampai. Hanya saja dia berada dalam kesusahan. Sedangkan untuk perkara jodoh, Allah sudah menyiapkan semuanya kak. Entahlah akan berjodoh di dunia atau di akhirat. Sedangkan ajal juga sudah ditetapkan. Lalu bagaimana kehidupan setelah mati? Sebenarnya itu yang harus selalu kita fikirkan, kak. Kita sudah terlalu banyak memusingkan perkara dunia. Lupa bahwa semuanya hanya bersifat semu. Oh iya, katanya di surga semua akan berpasang-pasangan. Bukankah lebih baik mengejar kebahagiaan itu? Daripada sibuk menyakiti hati dengan janji-janji dunia”. .... aaahh, sebenarnya menulis begitu sama saja aku memunafikkan diri kak. Saat ini adikmu pun sedang dalam pengharapan yang tak berujung. Sedang mengharapkan janji semu dari seorang makhluk bernama lelaki. Tapi aku urung menceritakannya kepada siapapun kak. Aku takut, jika harus merasakan luka yang lebih sakit dengan bahagia yang terlalu kubesar-besarkan. Cukup Tuhanku yang tahu, seberapa baik dan seberapa pantasnya orang yang kumaksud.
Terkait dengan prediksimu ‘dia terlihat sangat bahagia’, hmm kak, bukankah kau yang mengajariku tentag fakta dan kebenaran? Bahwa tidak setiap kebenaran jatuh sebagai fakta. dan tidak setiap yang terlihat adalah kebenaran. Banyak kemungkinan lain kak yang Allah atur tanpa bisa ditembus dengan pemikiran makhluk-Nya. Ah, dari sini aku bahkan bisa mengukur seberapa jauh rasa sukamu. Tidak kak, aku tidak pernah memintamu melupakan perasaan itu. Sama sekali tidak. Aku hanya menyayangkan banyak perubahan yang kulihat setelah kejadian itu. Jika benar demikian inginmu, jangan sungkan minta pada Tuhanmu, kak. Setiap hari. Setiap jam. Setiap detik. Benar kak jangan pernah berhenti berharap dari karunia Tuhanmu. Bawalah ia kedalam sujud panjangmu di sepertiga malam. Jangan pernah berputus asa dari rahmat Tuhanmu..........
Atau barangkali, dia memang takdirmu. Hanya saja kau mencintainya diatas kecintaanmu pada-Nya. Oh, bukankah itu sering terjadi dalam banyak kisah cinta? Sehingga Allah harus memisahkan demi menyampaikan rasa cemburunya. Bisa jadi kak.
Ah kak, kisah ini begitu banyak mengajariku arti kehidupan~
Epilog:
Dan...... keduanya pun sukses berderai..
Syukran dek.... Jangan lelalh menasehati. Jangan lelah menegur. Jangan lelah menguatkan. Jangan lelah mendo'akan. Itulah nikmat dari ukhuwah... ada nasehat yg selalu diberi dari mereka yang peduli. Jazaakumullahu Khairan...