Ketika kata-kata hanya mampu diucap mata, salahkah jika akhirnya makna salah tereja ? #EEP
Ada masa lisan tak bisa berkata-kata. Entah karena takut salah. entah karena malas. entah karena diam lebih baik. atau entah karena tak ada jalan bagi lisan tuk berkata. Yang bekerja selanjutnya adalah mata. Bukan hanya melihat tugas dari mata, tetapi justru mata pun bisa berkata-kata. Pada kata yang tak bisa dikeluarkan oleh lisan, matalah yang melakukannya. Ada kata dalam tatapan nanar. Ada kata dalam tatapan sinis. ada kata dalam tatapan pelototan. Ada kata dalam tatapan binar. ada kata dalam tatapan sayu. Ada kata dalam tatapan yang tak ingin bertemu. Ada kata dalam lirikan. ada kata dalam tatapan berkaca-kaca. Dan ada kata dalam tatapan diam dengan hiasan airmata di pelupuknya.
Mata mungkin hanya menjelaskan apa yang nampak di depannya tanpa bisa mengeluarkannya dalam bentuk kata atau nada suara. Yang tampak itulah yang diyakini sebagai sebuah kebenaran. Mata pun mendefenisikan apa yang tampak dengan sebuah ekspresi pada tatapannya. Hanya saja, mata sering kali tak dipeduli sebagai sebuah ungkapan kata-kata. Objek pun tak peduli. Mata kemudian memberi makna dari objek yang tak peduli pada sebuah eja yang tak pernah dipahami.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar