Apa yang kupikirkan?. Pengen kembali jadi mahasiswa lagi. Mahasiswa yang disinukkan dengan tugas, laporan, praktikum. Mahasiswa yang disibukkan dengan menunggu dosen, menanti jadwal, dan bercengkrama dengan teman. Saat masih benar2 polos berstatus mahasiswa. Seperti adik-adik yang kutemui siang tadi. Di tempat fotocopy dan rental, pada sibuk ngeprint, fotocopy laporan, dan jyga ngetik laporan. Saat masuk ke dalam kampus, pemandangan mahasiswa duduk melantai dengan santai membaca laporan, menyelesaikan laporan dan tugas, membahas tugas, tak lupa juga tetap bercengkrama. Kala masuk waktu shalat, mereka berbondong2 menuju mesjid. Semua shaff full. Bahkan banyak yang ngantri. Dan entah berapa kali gelombang. Sambil menunggu antrian atau setelah antrian, banyak yang sibuk dengan tilawahnya lalu tenggelam kembali dalam tugas2nya.
Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya