Pergantian tahun...
apa yang istimewa? Pergantian angka tahun seolah menjadi hal yang sakral dan menjadi kewajiban tuk dirayakan. Ada yang santai merayakannya dengan happy-happy, dengan alasan kapan lagi.... Ada juga yang tak mau merayakannya tetapi tetap saja diisi dengan kegiatan. Meski bernuansa lebih positif sih. Jadinya mikir, nggak merayakan karena memang bukan kebiasaan dan keharusan kita, ataukah tidak melakukan karena jenis pelaksanaannya saja?. Entahlah... Saya masih mikir tentang itu.
Pergantian ini ingin kuapakan?. Harus ikut mereka?. Kalau diisi dengan pengajian, kajian, apa bedanya dengan malam-malam yang lain. Kenapa harus malam pergantian tahun?. Sebagai refleksi?. Ini kayaknya yang masuk dalam akalku. Meski tiap saat harusnya jadi ajang refleksi. Iya kan?. Tapi paling tidak jadi titik tolak melihat ke belakang tuk melejit ke depan. Mengoreksi masa lalu tuk masa depan yang lebih baik. Hmm... Boleh juga. Lalu apa refleksi dan resolusimu yaya...?
Berbicara tentang refleksi, rasanya masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Saya menginginkan jadi pribadi yang lebih baik, dari segi iman, taqwa, ilmu, pengalaman, dan juga kebermanfaatan. Semoga apa yang salah, keliru, khilaf, bisa diperbaiki di masa mendatang. Apalagi yang bisa dibawa pulang ke negeri akhirat kalau bukan amal kebaikan, iman, dan taqwa?. Apalagi ya? Hmmm..... Oh iya, saya masih berharap bisa tetap sehat. Dengan fisik yang selalu saja sakit, mau tidak mau membuat diri harus lebih banyak memperhatikan kesehatan. Ah, yaya... Kapan kau tidak sakit?. Sakit fisik dan psikis hahaha.... Sudahi sedih itu. Sudahi sakit itu. Sudahi yaya...
Dan yang penting juga dari kesemuanya adalah, "Jangan Lupa Bahagia". Dengan apa yang Allah beri. Dengan rejeki yang diberikan, dengan sehat yang dianugerahkan, dengan pekerjaan yang disibuki, dengan keluarga yang dimiliki, dengan harta yang dipunyai, dengan teman yang menyertai, dengan masalah yang mendewasakan, dengan sedih yang mendekatkan, dengan amarah yang membelajarkan, dengan ilmu yang bisa disampaikan, dengan senyum yang masih bisa disunggingkan, dengan tenaga yang bisa disumbangkan, dengan waktu yang masih diberikan. Jadikan semuanya sebagai jalur tuk tetap bahagia. However, let's be happy. Apa yang perlu dikhawatirkan jika punya Allah?.
Dan yang penting juga dari kesemuanya adalah, "Jangan Lupa Bahagia". Dengan apa yang Allah beri. Dengan rejeki yang diberikan, dengan sehat yang dianugerahkan, dengan pekerjaan yang disibuki, dengan keluarga yang dimiliki, dengan harta yang dipunyai, dengan teman yang menyertai, dengan masalah yang mendewasakan, dengan sedih yang mendekatkan, dengan amarah yang membelajarkan, dengan ilmu yang bisa disampaikan, dengan senyum yang masih bisa disunggingkan, dengan tenaga yang bisa disumbangkan, dengan waktu yang masih diberikan. Jadikan semuanya sebagai jalur tuk tetap bahagia. However, let's be happy. Apa yang perlu dikhawatirkan jika punya Allah?.
Karena waktu adalah ukiran. Kala waktu berlalu, akan ada ukiran baru di kanvas hidup kita. Mungkin ada yang nyata. Tapi mungkin juga ada yang abstrak. Mau nyata atau abstrak, ukiran tetaplah indah. Bahagia saja. Karena terlalu naif jika dihargai hidup dengan keruwetan.
31 Desember 2018