Langsung ke konten utama

Setahun Tanpamu

Bapak...
Bagaimana kabarmu di alam sana?. Semoga Allah selalu merahmati, menyayangi, dan menerangi kuburmu. Hari ini, tepat setahun sudah kepergianmu meninggalkan kami di dunia. Yah, tepat setahun yang lalu.

Kuingat rasa yang lalu. Saat untuk pertama kalinya naik ambulance mengantarkan jenazahmu balik ke rumah. Dan hari itulah entah berapa banyak tangisan kukeluarkan. Sedih, sesak, dan menyesal. Kupikir esok masih ada kesempatanku menjadi anak berbakti untukmu. Kupikir masih ada waktu untukku membahagiakan dan memperhatikanmu di dunia. Nyatanya, saya harus bisa menerima bahwa Allah jauh lebih menyayangimu. Mungkin juga sebagai alasan agar sakit tak lagi mengrogotimu.

Bapak, 3 hari lalu saya dan ibu mengunjungimu. Seperti biasa yang kami lakukan, langsung membersihkan kuburanmu sambil tenggelam dalam pikiran masing-masing. Tak butuh waktu lama kami berdua larut dalam tangisan masing-masing. Saya tak tahu apa yang dipikirkan ibu. Saya hanya tak bisa melihatnya menangis dengan pilu sambil terus mencabuti rumput. Sedangkan saya? Apa yang kupikirkan?. Tiap kali mengingatmu, kenangan masa kecillah yang bermunculan. Bagaimana engkau mengajari kami huruf, membaca, menulis, membawakan kami kapur, membuatkan kami bubur kelor hampir tiap hari, mengangkat kami ke tempat tidur kala ketiduran karena bermain. Dan yang selalu kurindukan saat bersama menanam atau ke gunung.

Selalu ada pilu kala mengingatmu. Apalagi rasanya saya belum berbuat dan memberi apapun sepanjang hidupmu. Bukan karena tak ikhlas, sungguh mengenangmu hanyalah cara tuk merindukanmu. Apalagi yang bisa kami lakukan kalau bukan merindukanmu sambil mendo'akanmu?.

Bapak... Kami rindušŸ˜­
Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu 'anhu

Palopo, 5 Desember 2018.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap