Kok bisa ada debu ya? kan tertutup rapat, plus nggak ada yang buat kotor. apalagi kalau diletakkan di dalam lemari, dikunci dan tidak pernah dibuka. Debunya dari mana?
Pertanyaan itu seringkali terlintas saat membersihkan. Rumah yang tidak ada anak kecil menghamburkan barang. Rumah yang hanya dihuni beberapa orang. Rumah yang tiap pagi dan sore dibersihkan, tetapi mengapa debu masih juga ada?. Bahk
an di buku di lemari, yang tertutup rapat, sering dibersihkan, jarang dibongkar, kok tetap juga berdebu?. Dibersihkan saja, debu masih juga muncul. Bagaimana jika sama sekali atau jarang dibersihkan? setebal apa debu akan melekat?. Sesulit bagaimana harus dibersihkan?.
an di buku di lemari, yang tertutup rapat, sering dibersihkan, jarang dibongkar, kok tetap juga berdebu?. Dibersihkan saja, debu masih juga muncul. Bagaimana jika sama sekali atau jarang dibersihkan? setebal apa debu akan melekat?. Sesulit bagaimana harus dibersihkan?.
Begitulah ibarat diri-diri kita. Yang telah baik pun masih harus terus membersihkan diri, memohon ampun dan beristighfar atas dosa yang melekat. Karena dosa itu terkadang tanpa kita sadari dilakukan. Bagaimana jika sering berbuat dosa lalu tidak pernah membersihkannya dengan memohon ampun dan taubat?. Mungkin butuh waktu yang lama untuk menjadikannya kembali bersih seperti sedia kala. Mungkin butuh air yang banyak untuk membersihkannya. Mungkin butuh energi lebih untuk membuatnya jernih kembali. itulah dosa. Besar yang kita lakukan, maka debunya pun juga tebal. Kecil yang dilakukan, debunya pun tipis. Bahkan merasa tak melakukan dosa pun, akan selalu saja ada debu. Mau besar atau kecil atau merasa tak punya dosa pun, tetap saja harus terus dibersihkan. Maka mohon ampunlah kepada Allah. Banyaklah beristighfar. Semoga Allah senantiasa mengampuni dosa, kesalahan, dan kekhilafan kita. Dan.. jangan pernah merasa bersih dari dosa.
Palopo, 18 November 2019
Saat Milad 107 Tahun Muhammadiyah
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar