Apa kabarmu malam ini?. Kuambil sejenak jarak darimu. Menepi di kota tempat dimana aku banyak ditempa. Kota tempat yang dulu tak mau kutinggalkan. Tetapi Allah berkata lain.
Kota ini masih sama. Tetap angkuh dengan segala gemerlap dan polesannya. Meski disana-sini riuh membiru, tetap saja riuhku tak terdengar. Bahkan oleh pikiranku sendiri. Aku terus saja berjalan dengan setumpuk pertanyaan, dan dialog monolog.
Ibu, maaf. Aku sama sekali tak pernah bercerita kepadamu tentang apapun. Tentang duka dan laraku, bahkan tentang bahagiaku. Aku masih juga seperti dulu. Bagai patung. Aku seperti yang biasa tampak, datar tanpa ekspresi. tak pandai bercerita, tak pandai menangis, tak pandai mengadu, tak pandai mengeluh. Entah di matamu mungkin aku selalu baik-baik saja. Meski pernah aku tertangkap menangis sendiri. Tetapi tak pernah engkau bertanya kenapa. (mungkin) karena seperti itulah aku sejak dulu. diam seribu bahasa.
Ibu, aku tahu arti rindu tak mesti selalu dikabarkan. Seperti aku dan engkau yang terus saja rindu meski terpisah dengan waktu dan jarak seperti ini. Dan engkau tahu pula bahwa kasih sayang tak selalu mesti ditunjukkan kan? seperti diriku yang terus saja kelu dan kaku menunjukkannya kepadamu.
Menelusuri jejak-jejak waktu. Dengan begini akan merindukanmu ibu. Meski tersesat di benderang mentari, tetap saja terjajah dalam serenade malam bersama gulita
#merindumuibu
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar