Langsung ke konten utama

The Power of Tawakkal

Pernah pada posisi bingung, khawatir, lalu mencoba pasrah?. Mungkin kita semua pernah dalam posisi itu bukan?. Lalu apa yang dilakukan?

Bagi sebahagian orang, takdir adalah sesuatu yang "given". Apapun yang akan dilakukan, ujungnya sudah ditetapkan oleh Allah. Seolah usaha tidaklah merubah apapun. Lahirlah manusia yang selalu menuding segala sesuatu karena ulah takdir. Padahal mereka belum berikhtiar. Bukankah takdir itu ada yang telah ditetapkan tetapi ada yang mesti diusahakan?. Bahkan takdir yang telah ditetapkan termasuk jodoh, kematian pun bisa berubah karena do'a. Maka bukankah itu berarti ujung dari takdir ada pada maksimalnya ikhtiar dan do'a?

Lalu apa selanjutnya setelah ikhtiar dan do'a? itulah tawakkal. Hanya saja kita masih sering gagal benar-benar tawakkal atas apa yang telah diusahakan. Bisa jadi salah satu alasannya bahwa kita belum sepenuhnya mempercayakan segala urusan kita kepada sang khalik. Bukan hanya engkau atau mereka, terlebih diriku yang masih sering seperti itu. 

Ada kejadian yang rasanya mengetuk kesadaran tentang makna tawakkal. Saat pendaftaran CPNS tahun ini, karena kesibukan agenda dan laporan sana-sini, hingga abai dengan pengumuman CPNS. Di awal mau daftar di kemenag, karena formasi lumayan lebih banyak, namun  akhirnya terlewatkan. Buka situs SSCAN tanggal 1 Desember, ternyata ditutup tanggal 29 November. Artinya terlewatkan lagi. Berarti tinggal 1 harapan, Kemdikbud. Cek di laman, akhir pendaftaran adalah tanggal 6 pukul 00.00 artinya tepat tanggal 5 malam. Dan karena sok sibuk juga, waktu terlewatkan begitu saja hingga tiba di tanggal 5. Awalnya berfikir tanggalnya tanggal 6 malam, tetapi karena baca baik-baik pengumuman ternyata tanggal 6 pukul 00.00, itu berarti saat itu benar-benar hari terakhir. Pikirku lagi, tak banyak yang harus disiapkan, ternyata oh ternyata... surat lamaran tulis tangan, surat pernyataan ketik komputer, belum scan ini itu yang kesemuanya harus scan dokumen asli, untungnya berkas tidak dikirim via pos tetapi diunggah. Dimulai jam 9 malam baru krasak-krusuk siapkan berkas. Bongkar sana dan sini, cari kertas hvs, cari kertas folio bergaris untuk jiplakan (maklum tak bisa nulis tanpa garis), cari materai (padahal sudah lumayan larut malam), belum berfikir gimana ngeprint, sedang print kakak yang biasa dipakai ada di sebelah dan tak ada kuncinya. Belum scanan yang mesti diulang karena scan yang dipunya hanya scan copyan, setelahnya mesti dikompres dulu ke kapasitas tertentu (lumayan mesti kompres berkali-kali), belum lagi jaringan yang lalod. Sempurna-lah malam itu heboh sendiri, pusing sendiri, pengen menyerah dan berhenti. Belum lagi sempat marahan dengan adik karena print dan materai. Minta tolong diusahakan, tetapi mungkin karena dia pikirnya tidak mendesak, jadi dia juga malas-malasan. 

Dalam kondisi yang dikejar deadline itu, muka jadi tegang, dan entah beberapa kali pengen nyerah. "ahh.. sudahlah" begitu pikirku dan kataku. "mungkin emang bukan rejeki dan takdirku jadi PNS" begitu lagi pikirku. tetapi tiap kali pikiran itu hadir, selalu kutepis, berganti dengan terus saja mempersiapkan semua berkas yang diminta. sambil nulis surat lamaran yang entah berapa kali diulangi, sambil putar otak bagaimana dapat materai dan punya file pdf lengkap dengan ttd dan materai. Belum lagi karena jaringan lalodnya masya Allah, hingga satupun scanan yang kuunggah tak ada yang berhasil, hanya berputar-putar kayak gasing. "ahh, jika aku berhenti berarti aku kalah" pikirku. "kalau aku tidak berupaya semaksimal mungkin, bagaimana bisa aku berkata bahwa semua sudah kuusahakan" kataku lagi. "Kalau sekarang tidak berusaha, mana tahu ini adalah kesempatan terakhirku mendaftar CPNS. Siapa yang tahu tahun depan masih ada" pikirku lagi. "Kalau sekarang tidak berusaha, mungkin saya akan menyesal", begitu pikirku lagi. Jadilah tetap mempersiapkan segala sesuatunya secara bergantian. Hingga mendekati pukul 00.00 unggahan belum juga selesai berputar. namun terus saja kulakukan apa yang bisa kulakukan dengan tekad, semua akan menjadi akhir jika benar-benar waktunya telah berakhir. Selagi belum berakhir, entah masih beberapa menit itu artinya semua belumlah berakhir. saya harus terus berusaha. Apapun yang terjadi, biarlah Allah yang tentukan. Yang jelas saya telah berusaha semaksimal mungkin hingga titik batas akhir. Inilah mungkin yang namanya pasrah sepasrah-pasrahnya, namun do'a dan ikhtiar terus saja dilakukan. 

Dannnn...... akhirnya keajaiban itu datang. Pertolongan Allah benar-benar datang. Saat menit-menit terakhir, laman SSCAN terlogout otomatis, lalu kucoba login lagi terteralah di laman itu :Batas pendaftaran tanggal 10 Desember 2019. Masya Allah... Allahu Akbar.... Inilah buah dari kepasrahan pada Allah. Dan rasanya begitu bahagia, beginikah rasanya berada dalam kepasrahan yang benar-benar pasrah? Bahwa jika segala sesuatu disandarkan benar-benar kepada Allah, kita akan memetik: bahagia, nyaman, dan keajaiban yang luar biasa. Dan itu memantik nuraniku, hei selama ini kenapa sulit untuk benar-benar berpasrah?. Bukankah segala urusan bermuara kepada-Nya? Artinya segala bentuk kepasrahan, tujukan kepada Allah, biarlah DIA yang akan memproses segalanya dan menunjukkan kemahakuasaan-Nya. Tak perlu ragu untuk itu, karena memang Dialah Maha segala-galanya. Apa yang tak mungkin bagi-Nya jika IA berkehendak? Maka mintalah kehendak-Nya. Rayulah IA dengan sepasrah-pasrahnya harapan, dengan sekuat-kuatnya ikhtiar, dan sekhusyuk-khusyuknya do'a. Allah pasti menunjukkan kuasa-Nya, dan engkau pasti akan nyaman dengan apapun yang akan terjadi. 

Untuk itu, jika selama ini masih mengkambinghitamkan takdir untuk tidak mau berusaha dan berjuang, berarti kita masih menyangsikan kuasa Allah. Dan apabila selama ini masih merasa kecewa dengan segala usaha yang telah dilakukan atau dengan do'a-do'a yang dipanjatkan, berarti (mungkin) dalam ikhtiar dan do'a kita belum sepenuhnya bertawakkal kepada Allah. Mari terus berusaha menjadikan Allah sebagai awal dan akhir dari segala yang kita lakukan. Apapun ikhtiar dan do'a kita, akhirkanlah dengan tawakkal 'alallah.

Yaa Rabb... berilah kami kekuatan menjalani apapun yang kami hadapi di dunia ini. Berilah kami hati untuk terus mengingat dan berharap kepada-Mu. Dan ampunilah segala dosa, maksiat, khilaf, kebodohan, abai, salah, kemunafikan, kefasikan, kelalalaian, dan juga ketidakberdayaan serta ketidaktahuan kami. 

Bismillah... Jadilah lebih baik.

Palopo, 31 Desember 2019.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap