Langsung ke konten utama

Dari Nanggala 402


Tanggal 25 April 2021, konferensi pers akhirnya digelar untuk mengumumkan secara resmi status KRI Nanggala yang hilang di perairan Bali saat dalam misi latihan penembakan rudal. dalam konferensi pers dinyatakan bahwa Nanggala 402 telah ditemukan dalam keadaan terbelah menjadi 3 bagian yang berada di kedalaman sekitar 800 meter dalam laut, dan seluruh awak yang berjumlah 53 orang dinyatakan gugur. Innalillahi wa inna ilaihi rajiuun. Allahummaghfirlahum warhamhum waafihi wa'fuanhum. Semoga segala kebaikan dan perjuangan mereka dibalas dengan syurga. 'aamiin yaa Rabb.

Menyimak kejadian Nanggala yang menyita perhatian masyarakat beberapa hari ini, ada hal yang kemudian terpikirkan 2 hal. Pertama, Kejadian naggala 402 menjadikan teringat kembali dengan peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya SJ182 beberapa waktu yang lalu. Yang satu terbang terlalu tinggi, yang satu menyelam terlalu dalam. Dan sama-sama kejadiannya berlalu sangat cepat di awal-awal perjalanan. Bisa dikatakan itu adalah waktu yang sangat singkat mendapat musibah dalam perjalanan. Hanya terbilang beberapa menit keduanya langsung hilang dari radar menuju ribaan Tuhannya. Kalau dipertanyakan yang manakah lebih mending dari keduanya? Tidak ada. Semuanya kejadiannya membuat merinding. Tak terbayangkan ketakutan dan kepanikan awaknya. Suasana gaduh, panas, pengap, penuh teriakan, gelap, terguncang, lalu hening. Di sepersekian detik, yang terpikir adalah kehidupan yang telah dilalui dan kehidupan yang akan menanti. Termasuk keluarga, anak, istri, orang tua, bahkan dosa pun muncul dalam kisaran waktu tersebut. Berpacu bersama pandangan gelap dan tarikan nyawa sang malaikat maut. Saat mendapat musibah kecelakan motor pun, saat tubuh terlempar dan terhuyung-huyung kejadian seperti itu muncul. Atau saat naik pesawat dan mengalami tubulensi, dalam waktu yang singkat semua muncul dalam benak, berpacu bersama semua pikiran apakah mungkin ini adalah waktu akhir bagi kita. Semua kejadian, orang, dan perbuatan bermunculan. Mungkin memang seperti itulah

Kedua, Ingat DOTS. Drama Korea yang membahas tentang perjungan dari 2 sisi kemanusiaan, sisi kemanusiaan sebagai dokter dan sisi kemanusiaan sebagai tentara. Di drama tersebut digambarkan bahwa menjadi tentara atau orang yang terjun dalam dunia militer berarti bersiap dengan segala apapun kemungkinan yang terjadi dalam menjalankan misi atau operasi. Bersedia jika dinyatakan hilang, tidak ditemukan, atau bahkan tidak diberitakan saat gugur dalam misi. Namun seperti itulah konsekuensinya, harus siap dengan segala sesuatu. Dunia militer mengharuskan sering meninggalkan keluarga, menjaga rahasia, bahkan ditakuti karena pekerjaan tersebut berbahaya dan mematikan. Bahkan dekat atau menjadi bagian dari mereka berarti siap dengan segala kemungkinan apapun tiap kali melaksanakan misi, entah hilang ataupun gugur. Apalagi jika berada pada barisan pasukan militer khusus dan rahasia, segala sesautunya menjadi rahasia, termasuk kematian mereka sekalipun. Sedangkan untuk peristiwa Nanggala, meskipun kapal selam tersebut adalah kapal militer yang digunakan untuk menjaga perairan nusantara dan dijuluki monster laut, tetapi pada saat kejadian mereka berada pada misi latihan militer penembakan rudal. Bukan dalam misi khusus ataupun rahasia. Namun tetap saja mereka gugur dalam misi dan keluarga harus menerima konsekuensi itu.

Semboyan khusus korps kapal selam TNI angkatan laut adalah Wira Ananta Rudira. Arti dari semboyan itu adalah Tabah Sampai Akhir. Semboyan ini yang selalu diucapkan untuk mengingatkan betapa kuat dan tangguhnya prajurit yang bertugas dalam korps ini ketika bertugas menghadapi misi di dasar laut. Dari sini kita simpulkan bahwa memang mereka telah dilatih untuk terus mengingat semboyan itu, bahwa saat menjalankan misi, mereka harus siap. Appaun yang terjadi harus tetap mematuhi komando dan menerima kondisi seperti apapun yang dialami. Tidak mengeluh dan tetap tabah. Adapun status mereka ketika menjalankan misi tergantung kondisi. Untuk peristiwa Nanggala status operasi mereka dinyatakan sebagai "On Eternal Patrol" yang artinya dalam misi patroli selamanya (tidak kembali). Atau dengan kata lain mereka akan terus tugas selamanya, berpatroli menuju keabadian.

Dengan kejadian ini menjadi nasehat buat diri bahwa ajal benar-benar tak pernah diduga kapan datangnya. Kita tak bisa menjamin bahwa aktivitas kita detik yang lalu bukanlah aktivitas terakhir kita di dunia. Bisa jadi, malaikat mau telah tersenyum menyambut kita. Aktivitas Itulah asbab kematian kita. Untuk itu kita diajarkan untuk berdoa setiap kali keluar rumah hendak melaksanakan aktivitas

بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ
"Dengan nama Allah (aku keluar). Aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan upaya kecuali karena pertolongan Allah semata."

Bahkan saat tidurpun kita diajarkan untuk mengucapkan doa
 
بِسْمِكَ االلّٰهُمَّ اَحْيَا وَبِاسْمِكَ اَمُوْتُ
Dengan menyebut nama-Mu, Ya Allah, aku hidup dan dengan menyebut nama-Mu aku mati"

Mengapa kita mengucapkan doa-doa tersebut? Karena kita diajarkan bahwa apapun aktivitas kita harus berpasrah diri kepada Allah apapun yang terjadi kemudian. Dia-lah yang maha kuasa atas semuanya. Hanya Dialah yang bisa menolong kita. Dan hanya Dia-lah yang mampu menghidupkan dan mematikan kita. Dengan begitu kita sadar bahwa kita lemah, kita tak pernah bisa tahu kejadian apa yang terjadi dimenit berikutnya atau bahkan detik berikutnya. Termasuk saat kita tidur sekalipun, kita tak pernah tahu apakah kita akan bisa terbangun kembali atau tidak. Sungguh kita adalah makhluk lemah. Kepada-Nya lah kita berserah diri atas segala sesuatu. 

Turut berduka cita atas peristiwa tenggelamnya kapal Nanggala 402. Semoga mereka semua husnul khatimah, diampuni segala dosanya, diberikan tempat terbaik dalam jannah-Nya. Semoga seluruh keluarga dan kerabat diberikan kesabaran dan ketabahan.

They didn't die, they commence their final mission, to guard the seas for eternity

Mereka tidak karam. Juga tidak hancur, Justru mereka telah memulai pelayaran panjang menjaga lautan  Nusantara tercinta. Di alam keabadian

Yaya Afifatunnisa
Palopo, 26 April 2021. 14 Ramadhan 1442 H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap