Langsung ke konten utama

Kesalahan, Pemakluman, dan "Good Looking"


Sebelumnya muncul istilah Dehumanisasi Good looking. Bahwa hanya mereka yang good looking saja yang berhak dimanusiakan. Good looking yang dimaksud seharusnya tidak hanya sebatas face semata, tetapi juga good looking dalam materi, jabatan, juga status sosial. Dimanusiakan dalam artian diberi empati, dukungan, diberi pemakluman

Manusia adalah tempat salah dan khilaf. namun pemakluman terhadap manusia yang melakukan kesalahan dipartisi antara ada dan tiada. Ada yang dimaksud bukan dari wujud manusianya, tetapi lebih ke pemilikan materi dan tampang. Tatkala yang berbuat salah adalah mereka yang  kurang materi, begitu mudahnya hukuman dijatuhkan, begitu gampang dicerca, begitu santai dijatuhkan, dan kurang mendapat simpati dari masyarakat. Bahkan lebih perihnya lagi sangat fasih kalimat keluar dari bibir manusia "sudah miskin, jahat lagi". Tetapi saat orang yang kaya raya, cantik, cakep, atau dari kelas sosial yang tinggi justru pemakluman membanjiri pikiran khalayak. "ah, dia itu cuma khilaf", "kasihan jangan dibully", "nggak apa-apalah, namanya juga manusia", "nggak usah lebay kali, itu biasa kok. Jangan menghakimi".

Apakah kesalahan punya status sosial juga? mengikuti kelas-kelas yang dibangun oleh manusia. Seolah kesalahan memang hanya pantas disematkan pada mereka yang tidak ada. Entah tak bergelimang harta, bukan bangsawan, bukan orang terkenal, tampang dan style standar atau dibawah standar. Sedang mereka yang "ada" sangat tidak layak disematkan kesalahan dan kejahatan. Padahal, Malaikat tidak mencatat perbuatan baik hanya dari mereka yang ada dan tidak mencatat keburukan tidak hanya dari mereka yang tidak ada. itu artinya kesalahan bisa disematkan pada siapapun. kejahatan bisa dilakukan oleh siapapun.

Contoh sederhana: Jika ada orang miskin yang mencuri, walau hanya mencuri sebuah roti untuk mengganjal perutnya, ramai-ramai orang menghakimi, memukul, mengejek, meneriaki "sudah miskin, mencuri pula". Tetapi saat orang kaya berdasi korupsi Milyaran uang, masih banyak yang memberi simpati, dukungan, bahkan berkata "ah, dia itu gelap mata sejenak", "eh, dia itu dijebak kali". Saat orang cantik, belum juga menikah diusia teman-temannya sudah menikah, oarang akan berkata "ah wajar, dia ngejar karir dulu tuh", "orang cantik mah bebas, kalau pengen nikah siapa aja pasti mau", "ah nggak apa-apalah nikmati kesendirian. lagian ngapain pusing, dia udah punya segalanya kok". Sedang saat yang tampang biasa-biasa aja belum nikah juga, berdatanganlah judge "udah muka biasa aja masih pilih-pilih", "dia sih jual mahal", "siapa juga mau dengan dia dengan usia segitu?. Bahkan dari sebuah pemberitaan media yang akhir-akhir ini heboh dengan berita kehamilan seorang artis yang membuat banyak memberi selamat, pujian, do'a bahkan air mata haru. Padahal apanya yang istimewa dari kehamilannya yang disebarkan seantero negeri?. sednagkan jika wanita biasa aja yang hamil, masih juga ada yang berkata "apa? hamil lagi?", "Anaknya masih kecil, ih... kok hamil lagi", Capek deh, hamil lagi?, gimana dia bisa rawat diri?"

Begitulah kenyataan dunia +62. Apapun yang dilakukan oleh mereka yang "ada" selalu mendapat pujian, haru, bahkan tangisan. berbuat salah pun tetap dianggap baik dan wajar. Sebalinya appaun yang dilakukan, kalau masuk dalam golongan "tak ada", kebaikan tetap saja dilihat sebelah mata, apatah lagi keburukan. Sudah dilihat dengan mata penuh tudingan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap