Langsung ke konten utama

Ayo Baca Buku (Lagi)

Mencoba kembali bermesra dengan buku. Iya, sudah sangat lama tidak lagi peduli dengan buku. Dulu, sering rebutan pinjam atau beli buku kalau dengar ada yang menarik. Meski lebih serng majalah atau novel. Tapi yang islami loh ya. Mungkin memang lebih baik banyak baca. Selain mengurangi aktivitas menggunakan hp, scroll atas bawah, buka tutup aplikasi satu dengan aplikasi lainnya, seolah sibuk chat atau komentar dengan banyak orang, nyatanya nggak hahaha…. Alasan kedua adalah agar otak ini direfresh kembali. Bukankah jendela ilmu itu adalah membaca. Kalau malas baca jadinya sering menduga-duga. Dengan banyak baca kaya khasanah ilmu juga punya banyak informasi. Daripada makin tampak ngenes. Oke, kita bangkitkan kembali kegemaran dulu. Membaca buku yang ada beberapa dibeli tapi belum tersentuh saking malasnya.

Tangan pun meraih sebuah buku yang baru sampul plastiknya yang dilepas. Isinya belum dibaca. Awalnya lihat ada book fair di instagram. Diskon gede-gedean. Bertepatan hari lahir kota Jakarta. Karena tergiur harga yang lumayan miring, taka sadar banyak judul buku masuk ke keranjang. Pas cek harga plus ongkir, masya Allah… hampir sejuta hahaha…. Ongkir aja main 300-an. Subhanallah banget kan. Akhirnya mikir gima caranya ya bisa beli tapi nggak ribet di ongkir, akhirnya nemu adik yang lagi kuliah disana. Awalnya dia iyain mau datang ke book fair itu, tapi nggak jadi. Jadilah dia mesan online dianter ke kost-annya dia. Kufukir dia akan balik dari Jakarta dalam waktu dekat, nyatanya corones mengungkung kaki-kai untuk tetap di tempat, sampai beberapa bulan buku itu masih di kostannya dan nanya apa mau dikirim apa nggak. Okelah daripada membuat orang kefikiran, ngirim aja. An then sama aja dengan ongkir klw sebelumnya langsung mesan hahaha. Emang ya, kalau udah jalannya duit keluar, pasti keluar aja.

Setiba di rumah, kuperhatikan buku-buku itu.. Dengan jumlah yang sedikit di mataku, harganya luar binasa. Berat diongkos sih. Emang pas waktu itu ongkir melejit. Kusimpan buku-buku itu tanpa kubaca satupun. Sampai beberapa bulan berlalu, entah karena apa buku-buku itu kubuka sampulnya dan membacanya sekilas.Disitulah baru kutahu kalau buku yang kubaca tidak semuanya artikel motivasi atau semacamnya. Ada yang kumpulan quotes, ada kumpulan tips, ada kumpulan kisah, dan yang aku baca pertama kali ini ternyata adalah novel. Hahaha… nggak sesuai ekspektasi. Tapi yah sudahlah. Semoga suatu saat aku akan membacanya.

“No Place Like Home”. Buku pertama yang aku baca. Dengan mengumpulkan semnagat kubaca perlahan, dan Alhamdulillah seiring kata demi kata penasaranku tentang isi dan pesan yang disampaikan membuatku tak bergeming sampai halaman terakhir. The first time after long time not read books. Aku tenggelam dalam ceritanya yang awalnyya kusangsikan akan membosankan. Justru kisahnya sukses membua mataku berkaca-kaca bahkan mengeluarkan air mata. Ah, kisah remaja dan keluarga yang terkadang kita abaikan. Aku tidak begitu tertarik dengan kisah romansa anak remaja dalam cerita itu. Aku lebih tertarik dengan kisah keluarga yang ada di dalamnya. Kisah ini paling tidak memberitahukan kita bagaimana perasaan menjadi seseorang dengan keluarga yang “aneh”. Aneh kenapa? Penasaran? Silahkan dicari bukunya, dibaca. Atau tunggu review dariku 😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap