Langsung ke konten utama

Blink: Kemampuan berpikir tanpa berpikir (Pengantar)


Buku ini membahas mengenai bagaimana melihat sesuatu dalam satu layang pandang dalam 2 detik pertama, untuk memahami lebih banyak hakikat dari sesuatu. Diawali dengan sebuah kisah patung Kouros yang menjadi perbincangan apakah dia barang antik (barang purbakala) atau barang imitasi yang dibuat selayaknya barang purbakala. Terjadi perbedaan pandangan apakah benar patung itu barang purba atau bukan, karena ini menyangkut nilai seni dan juga tentu menyangkut uang. Dari beberapa yang melihat patung tersebut ada yang beranggapan sebagai benda asli ada juga yang berkata imitasi, bahkan ada yang telah meneliti permukaan patung dengan mikroskop, namun ada yang selayang pandang langsung bergumam “fresh”, yang menandakan bahwa benda tersebut dibuat belum dalam jangka waktu yang lama. Apa yang kemudian terjadi? Mengapa ada yang hanya dalam jangka waktu singkat bisa menyimpulkan, sednagkan ada yang butuh berbulan-bulan barulah bisa menyimpulkan? Sedang pada akhirnya seorang geology mengatakan bahwa bisajadi permukaan patung sengaja “dituakan”. Tidak dipungkiri bahwa yang bergumam “fresh” pada saat pertama kali melihat secara tidak langsung melakukan “penolakan intuitif”. Perasaan seperti ini tidak semua bisa dirasakan oleh seseorang, butuh kesadaran bahwa apa yang terlintas itu adalah selayang pandang tentang penayangan tipis dalam menyimpulkan sesuatu. Tetapi bukan berarti tidak sembarang orang bisa melakukannya, hanya saja butuh kesadaran dan pengetahuan akan hal ini. Sehingga dengan keterampilan ini dapat membantu dalam pengambilan keputusan cepat tanpa menunggu waktu yang lama.

Dalam suatu keadaan, biasanya kita belajar memahami situasi dengan 2 cara yaitu pertama dengan strategi belajar sadar, dengan memikirkan yang telah kita pelajari dan akhirnya menemukan jawabannya, atau cara kedua dengan strategi belajar tanpa sadar. Bukan berarti dihipnotis atau mesti pingsan atau mabuk dulu. Tetapi dengan cara memusatkan perhatian pada yang dapat ditangkap dalam sekejap mata. Cara berfikir ini adalah cara pakar psikolog Kognitif gerd Gigerenzer “fast and frugal”, cepat dan murah.

Bagian otak kita yang bisa sampai ke kesimpulan seperti ini disebut bawah sadar adaptif (adaptif unconscious), dan studi tentang ini merupakan salah satu bidaang baru dalam ilmu psikologi. Bawah sadar adaptif ini dipahami sebagai semacam komputer raksasa yang dengan cepat dan secara diam-diam mengolah begitu banyak data yang diperlukan agar kita dapat berfungsi sebagai manusia. Pikiran bekerja paling efisien dengan menyerahkan sejumlah tugas berpikir yang canggih dan tingkat tinggi kepada system bawah sadar. Bawah sadar adaptif mempunyai kemampuan sangat istimewa dalam hal mengukur situasi, memberi peringatan tentang bahaya, menetapkan sasaran, dan memulai aksi secara efisien dan canggih. Menurut Wilson, kita sebetulnya bolak-balik antara menggunakan modus pikir sadar dan bawah sadar. Hal ini biasa terjadi saat melakukan tes wawancara terhadap melamar kerja, saat diminta membuat keputusan mendadak, saat dalam situasi tegang, maka yang kemudian bekerja adalah bagian otak bawah sadar. Sama halnya ketika kita diminta untuk menilai kemampuan seorang dosen, tak perlu butuh waktu sampai satu semester atau satu tahun . Hal yang sama terjadi saat mengambil sebuah buku, berapa lama dipegang? 2 detik? Satu menit? Satu jam? Bisa jadi hanya sebatas sampul. Bisa jadi hanya sebatas judul atau pengarang. Dalam waktu yang singkat itu telah membangkitkan sebuah kesan, sekumpulan kecil pikiran, citra dan pra-konsepsi yang membentuk cara membaca buku tersebut.

Secara alami kita akan curiga terhadap pikiran yang hanya sekilas itu. Tetapi dalam dunia ini mutu sebuah keputusan berbanding lurus dengan waktu dan usaha yang kita kerahkan untuk melahirkannya. Kita terbiasa diajari untuk percaya bahwa menghimpun informasi sebanyak-banyaknya kemudian mengolah semuanya dengan penuh kesabaran selalu lebih baik. Kita hanya percaya pada pengambilan keputusan secara sadar. Akan tetapi ada saat misla dalam situasi stress, sikap buru-buru tidak sia-sia. Ketika keputusan spontan dan kesan pertama bisa menawarkan cara lebih baik dalam memahami situasi. Disinilah kita memahi apa tugas “Blink”. Tugas pertama adalah meyakinkan sebuah fakta sederhana bahwa: keputusan yang dibuat dalam sekejap bisa sama baiknya dengan keputusan yang hati-hati dan direnungkan lama sekali. Tugas kedua yaitu ketika kemampuan pemahaman cepat menyimpang, penyimpangan terjadi karena seperangkat alasan yang sangat tentu dna konsisten, alasan itu dapat dicari dan dipahami. Sehingga kita bisa belajar tentang kapan kita harus mendengarkan computer bawaan yang dahsyat ini, juga kapan kita harus mewaspadai hasil pengolahannya. Tugas ketiga adalah meyakinkan bahwa kesimpulan sekejap (snap judgement) dan penangkapan kesan pertama dapat dilatih dan dikendalikan. Dan pada akhirnya tugas memahami diri dan perilaku sendiri mengharuskan kita mengakui betapa yang kita rasakan dalam sekejapan mata sama pentingnya dengan analisis rasional selama berbulan-bulan.

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap