Langsung ke konten utama

Istiqomah dalam Hidayah


Hidayah itu mahal. Hanya dimiliki oleh orang pilihan. Tetapi kita tidak bisa hanya tinggal diam terpaku. Harus tetap dijemput. Karena terkadang signal dari-Nya sering datang, hanya saja kita yang tidak peka lalu mengabaikan. Atau bisa jadi karena masih merasa aman di zona nyaman. Hingga tak tergerak keluar dari kebiasaan.Mendapatkan hidayah adalah kekayaan yang tiada Tara. Saat dimana diri bisa sedekat dengan sang pencipta. Melaksanakan aktivitas dengan selalu berpatokan dengan semua aturannya. Kadar iman meningkat, proporsi ibadah meningkat, rasa nyaman yang memikat, dan keadaan yang tidak lagi bermaksiat. Aktivitas jadi lebih bermanfaat. Karenanya, tiap kita begitu bahagia tatkala disapa hidayah. Perjuangan mendapatkannya butuh proses yang luar biasa.

Namun, sesulit-sulitnya mendapatkan hidayah, jauh lebih sulit untuk istiqomah. Bukankah memang bertahan lebih sulit daripada meraih. Kenapa? Karena terkadang setelah didapatkan sesuatu itu mudah berubah rasa. Entah karena bosan, godaan, atau terpaan. Tak mudah untuk bertahan dengan semua tudingan sekitar. Rayuan bermunculan. Rayuan untuk kembali ke keadaan semula. Rayuan rasa lelah dan bosan. Bum lagi rayuan menyerah dengan terpaan omongan dan judge. Butuh kadar sabar yang lebih tinggi.

Sulit membuat diri shalat tepat waktu, shalat Dhuha, shalat tahajjud. Tetapi lebih sulit lagi melaksanakannya tiap hari. Sulit membuat diri berpakaian yang syar'i. Tetapi lebih sulit terus bertahan menggunakannya. Banyak judge, rayuan pakaian yang modis, belum lagi teman yang gencar menawari atau mencerca. Sulit untuk membuat diri melepaskan aktivitas pacaran, namun akan lebih sulit bertahan dengan prinsip itu di tengah pergaulan yang semakin bebas, perasaan yang tak bisa ditepis, dan keadaan yang memberi angin segar.

Maka saat dirimu telah tersapa hidayah, ingatlah.... Perjuanganmu belumlah usai. Kamu masih harus berjuang lebih keras lagi untuk mempertahankan. Ada banyak ujian untuk hal ini. Memang tak mudah untuk istiqomah, kalau mudah itu namanya istirahat.

Istiqomahlah... Karena saat hidayah itu telah lepas, kamu tidak pernah bisa tahu kapan ia kembali, atau akankah ia kembali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap