Langsung ke konten utama

Tak Sepicik Itu


Hari ini, kembali bumi diguyur hujan terus-menerus. Rintik-rintiknya seakan tak ingin terputus menjamah bumi. Di luar sana, suasana serasa hening. mungkin manusia termanjakan dengan suasana. Malas beranjak atau lebih tepatnya dimanjakan oleh suasana. Mungkin juga masih banyak yang bercengkrama dengan selimutnya. Hujan.. memberikan selaksa nikmat...

Pagi terus beranjak, siang hari pun seperti tak terasa karena mentari terhalang oleh awan memberikan panas sebagai bukti semakin siangx hari ini.

Rintik hujan semakin deras membasahi bumi. Sama dengan air mata ini yang tak bisa kutahan jatuh dan berlarian di pipiku. saya tidak mengerti kenapa ia begitu mudahnya berlarian. Mungkin bagi orang hanya masalah kecil, hanya masalah kata-kata, tetapi rasanya bagi diberi cambukan. Saya mungkin lagi sensitif, yah.. wajarlah sebagai seorang perempuan, ada masa super sensitif, apalagi untuk hal yang sensitif, maka semakin bertambahlah sensitifitas itu. ada masa bercanda, ada hal yang perlu dicandai, tetapi ada hal pula yang mesti hati-hati untuk dijadikan candaan. Tahu diri..?? yah.. saya sangat tahu diri... sangat mengerti.. tetapi, saya juga punya perasaan, punya sensitifitas... 

Anda mungkin tidak bisa merasakan karena sampai kapan pun tidak bisa merasakan hal demikian. Tidak salah... wajar saja... tetapi bisakah kata-kata dijaga?

Rabb... Engkau tahu tentang semuanya, dan Engkau tahu di balik semuanya... 
Ku ingin membiarkan air itu terus saja mengalir.. biarpun sederas air hujan di luar sana. Mungkin dengan begitu saya bisa merasakan plong. Dan saya bisa kembali tersenyum. Trima kasih atas semuanya. Trima kasih karena telah membuatku untuk semakin mengoreksi diriku, berhati-hati dengan apa yang kulakukan... Don't Worry, Never Mind... 



Hanya ingin berkata:
"Astaghfirullah......
saya tidak sepicik itu..... :'(
ishbir ya'....."


Bersama Derasnya Rintik Hujan. 19 Jan 13

Komentar

  1. be strong ukhti
    salam kenal (lagi)

    miftahrf.blogspot.com

    BalasHapus
  2. iya, salam kenal juga.. :-)
    syukran ya dah berkunjung.........

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Elhabashy

Tahu kan ya dia siapa Maryam, Hamzah, dan Mundzir Elhabashy?. Ada yang nggak kenal?. Wah harus kenalan sama dia. Sebenarnya bukan lebay atau gimana gitu. Cuma bener terkagum-kagum mengikuti perkembangan keluarga ini. Seperti pada tulisan sebelumnya bagaimana sosok Hamzah membuat saya terharu dan terkagum-kagum sampai saya kepo mau tahu nih anak dari mana, dan bagaimana bisa menjadi hafidz di negeri minoritas muslim dan juga terkenal dengan negeri yang anti islam. Bisa dibayangkan bagaimana menjadi muslim di negeri minoritas apalagi dengan suguhan kebebasan. Bagaimana tumbuh sosok remaja yang didik menjadi generasi Qur'ani. Keterkaguman saya semakin bertambah setelah tahu kakaknya ternyata juga seorang hafidzah (Maryam Elhabashy) dan adiknya (Munthir Elhabshy) pun bercita-cita sama dengan kakak-kakaknya. Aih... betapa bangganya orang tua mereka. Keterkaguman saya semakin lengkap dengan melihat bagaimana ayah mereka begitu perhatian dan telaten selalu ada untuk anak-anaknya. Aya

Hamzah Elhabashy

Who is He?. Mungkin masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan mengetahui namanya. karena pada dasarnya memang dia bukanlah seorang aktor atau semacamnya yang membuat dia terkenal. Namun, sejak kemunculannya di depan khalayak pada kompetisi Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015, akhirnya sosoknya menyita banyak perhatian. betapa tidak, sosoknya memang akan mudah menarik perhatian, gaya yang mungkin tidak seperti ala seorang hafidz, rambut panjang, lebih pakai setelan jas padahal yang lain kebanyakan pakai jubah plus kopiah atau sorban, wajah imut, manis, dan cakep (hayo, siapa yang nolak kalau dia cakep? hehehehe....). Apalagi..? Karena dia berasal dari negara USA, Amerika Serikat. Bukankah Amerika serikat sudah lazim dianggap sebagai negara yang selalu anti islam, sepakat menyebut islam sebagai teroris, dan negara yang selalu saja rasis dengan islam. Disana, islam adalah agama minoritas, agama yang hanya dianut oleh segelintir orang saja. Dengan kebudayaan yang ala bar

Adab Bertamu

Momen lebaran adalah adalah waktu yang sudah menjadi tradisi untuk dijadikan ajang silaturrahim baik ke keluarga, kerbat, teman, ataupun kenalan. Bukan hanya sekedar datang bertamu, tetapi motivasi dasarnya adalah melekatkan kembali silaturrahim yang mungkin sebelumnya lama tidak terhubung, renggang, ataupun retak. Atau singkatnya disebut sebagai ajang maaf memaafkan. Meski sebenarnya meminta maaf dan memaafkan tidak harus menunggu lebaran. Acapkali berbuat salah selayaknya harus meminta maaf.  Dengan adanya moment silaturrahim tersebut, lalulintas pengunjung dari dan ke rumah seseorang akan meningkat. Maka tiap keluarga mesti bersiap menerima tamu yang tidak seperti biasanya. Hanya saja, masih ada tamu yang datang tidak menunjukkan etika yang baik saat bertamu. Bukannya membuat simpatik nyatanya membuat toxic. Kayaknya kita masih perlu belajar adab bertamu. Berikut beberapa hal yang perlu dihindari saat bertamu ataupun bersilaturrahim: 1. Tim penanya. Selalu bertanya status. "Kap