Rasanya lucu, orang telah lama khatam drama Korea ini. Tetapi saya baru merasakan sensasinya sekarang. City Hunter. Drama Korea yang baru-baru ini selesai ketonton. Sudah lama drama ini menjadi bahan pembicaraan temanku. Tapi dasar saya yang tidak begitu peduli. Awalnya saya tidak maniak Drama Korea (Drakor). Dalam benak saya Drakor itu hanya berisi about love and romantical story. Dan saya tidak suka menonton kisah seperti itu. Tetapi entah mulai kapan saya pada akhirnya menggandrungi drama korea. Meski masih memilih-milih. Saya menyukai drama korea yang berkisah tentang kerajaan korea masa lalu. Why? Karena saya suka pakaian wanitanya yang sopan, cantik dan anggun menurutku. Dan terkadang dalam hayal melihat para artis korea itu memakai pakain kerajaan plus jilbabnya. Heheheh... iya kan? Pakaiannya sudah longgar. Lengan panjang, yang tersisa hanyalah jilbabnya J. Pokoknya, nanti akan ada ulasan khusus about City Hunter. Waiting....
Rasanya dua tahun ini sudah ada beberapa drakor yang saya tonton. Cuma entah apa yang salah dengan otakku, menghafal judul film korea itu susahnya, terlebih menghafal namanya hahahaha... terkadang kalau nonton, yang tertinggal cuma jalan ceritanya dan juga petikan kalimatnya yang menggugah menurutku. Kalau ditanya tokohnya siapa? Maaf.. mungkin cma satu bahkan tidak ada yang saya hafal hehehe... otakku sulit menympan nama korea, jepang, cina dsb yang saling bersepupuan. Yang mungkin masih saya ingat judulnya hanya yang belum lama ini saya lihat seperti Good Doctor, heartstring, Faith, The Moon Embrace the sun, Jungle Fish, i hear your voice, the heirs, god of study, secret, emergency couple, dream high, dan City Hunter. Ada sih beberapa yang belum saya tonton, karena melihatnya sekilas, tidak menimbulkan rasa penasaran. Jadinya dibatalkan diteruskan. Yah.. masih ada pilih-pilihnya sih xixixi.... namun dari sekian yang telah saya lihat, yang sensasinya luar biasa adalah god of study. Wuiihhh..... sangat menyentuh dan ngena banget.. suka..suka..dan suka... why? Karena pas banget dengan kondisi saat itu. Lagi ngajar di SMA mata pelajaran matematika, yang mungkin sudah ditaqdirkan menjadi pelajaran paling sulit dan menakutkan bagi siswa. Dan juga banyak siswa yang belum apa-apa sudah angkat tangan belajar math. Disini kisahnya juga seperti itu. Jelasnya lihat disini.
Ada banyak alasan mengapa pada akhirnya saya suka drama korea. Dibandingkan sinetron indonesia yang terkesan plagiat, mengejar rating daripada kualitas dan juga garing. Hehhe.. maaf ya.. bukannya gak cinta produk dalam negeri atau nggak cinta tanah air. Ini Cuma asumsi saya, berdasarkan analisa realita yang saya lihat.
1. Drama korea ceritanya selalu bervariasi dan inovatif, nggak cinta melulu, nggak kerajaan melulu dan nggak itu-itu melulu. Meski membawa genre drama romantis misalkan, kisahnya tidak monoton. Tidak seperti di indonesia, cerita sinteron atau tv movie nya selalu kisahnya ya begitu-begitu saja. Diawali dengan kisah anak desa dengan anak konglomerat. Ketemunya di desa. Pematang sawah, yang cewek kalau bukan jadi pengembala sapi, jadi penjual makanan, jadi pembantu, tukang parkir, jadi satpam, tapi ceritanya sama esensinya. Itu-itu aja.
2. Artis korea kalau acting menyatu dengan perannya. Kelihatan seperti sesuai dengan karakter yang dibawakan, seperti profesi yang dilakoni. Kalu jadi dokter, terliat lihai mengobati, lihai memeriksa, sampai pada adegan operasi, pemeriksaan dsb. Kalau jadi guru, benar menampakkan seorang guru, pandai menjelaskan, menguasai materi dan ada adegannya mengajarkan materi dengan lihai. Jadi jaksa, juga terlihat lihai menjadi jaksa, menguasai persidangan, dan adegan kerjanya sebagai jaksa ditampilkan. Sebagai penyanyi, juga ada adegannya dia menyanyi. Sehingga setiap profesi yang dibawakan memberikan pelajaran bagi penontonnya untk mengambil hikmah. Misalnya saya, yang awam tentang hukum, tentang pengadila dan bagian2nya, setelah nonton i hear your voice barulah mengerti tentang tata cara mengadukan perkara, apa kerja dan beda antara hakim, jaksa dan pengacara.
3. Meskipun mengusung tema tentang cinta dan romantisme, tetapi tidak menjadi garing dengan alur cerita lurus saja. Di dalamnya dibumbui dengan sebuah pergulatan hidup, misal tentang perpolitikan, tentag kekuasaan, atau tentang kemanusiaan. Di indonesia juga terkadang mengusung itu juga, tetapi lihat saja sinetronnya tantang cinta, yang dibahas Cuma bagaimana mendapatkan sang pujaan hati, lurus dan sedikit pengetahuan tambahan selain mengajarkan tentang cinta atau romantisme. Misalnya nih Heartstring, meski kisahnya tentang mendapatkan cinta, memperahankan cinta, tetapi di dalamnya ditemui juga pelajaran tentang musik, kolaborasi musik modern dan tradisional, menampilkan kekayaan tradisional, tetang kerja keras menggapai impian. Indonesia? Sinetronnya tentang cinta, maka sasarannya itu terus, meski membawa profesi tertentu tapi saolah tujuannya bagaimana mendapatkan hati pujaan hati, dan yang ada malah main bully-bullyan.
4. Nah,, masalah bully nih. Coba bandingkan sinetron indonesia dan drama korea. Mana yang bully-nya nyata? Mana yang bully-nya kebangetan? Mana yang bully-nya lebay banget dan terlalu? Sinetron kan? Kadang membuat kita berpikir, tokoh protogonis seperti malaikat bener dan tokoh antagonis seperti iblis betul. Terlalu sadis. Tidak segan-segan menjambak, memaki, plus istilah lebay yang bermunculan dimana-mana. Sesadis-sadisnya tokoh protogonis di drakor, tidak ada yang sesadis dan selebay di sinetron indonesia. Coba deh dibandingkan.. bahkan pada sinetron berbau religi sekalipun masih terlihat bullyan yang sadis menurutku.
5. Trus, ada lagi.. entah bagus menamakannya apa. Kalau drakor, meski membawa tema kerajaan, zaman behaula yang tampak memang seperti zaman behaula. Laarnya, penokohannya, tempatnya, kisahnya juga tidak mengkombinasi sejarah dengan fiksi yang menarik. Nah, kalau di sinetron? Antara cerita, tokoh, latar, tempat masih terlihat tidak matching. Kadang sudah pakai pakaian kerajaan tapi terlihat wajah tokohnya pakai pemerah pipi, pakai lipstik modern, apalagi kalau pakai kontak lensa wahhh... dan juga, kalau drakor, membawa tema alur maju mundur dari zaman behaula ke modern terus ke zaman behaula tetap saja menyatu dalam cerita. Atau kisah masuk ke lorong waktu pun seperti di Faith, tetap saja menyatu dengan cerita. Mengkombinasikan dua zaman, tetapi tetap saja nuansanya menyatu. Nah.. di indonesia? Saya heran dengan kisah beberapa sinetron akhir-akhir ini seperti G**, atau 7 M**** H***, atau M*** S*** mengusung tema apa itu ya? Di zaman modern, mengusung manusia setengah hewan atau sebaliknya, dengan latar, tempat, penyatuan alam dan penokohan, karakter, settingan tetap saja terlihat tidak menyatu. Dan lagian, zaman modern.. kok masih ada manusia H...U atau M....S... apa mau nyontek fil twilight? Ahh.. itu terlihat beda. Twilight meski membawa kisah yang serupa tapi coba lihat settingannya? Halus kan? Ini masalah settingan, belum masalah plagiat.
6. Yang terakhir ya plagiarism. Entah sudah berapa kali sinetron kita diklaim nyontek atau plagiat cerita dari luar sana. Entah dari film barat atau dari film korea, atau yang lainnya. Kan malu juga kalau keseringan dibilang plagiat. Kalau yang korea misal baru-baru ini drakor dengan judul my love from the star. Kisahnya mirip dengan judul sinetron kau yang berasal dari bintang. Nah.. judulnya aja sudah mirip.. belum ceritanya.
Ahh.. indonesiaku... bukannya tidak bangga kepadamu, tidak cinta padamu. Cuma sayang masih banyak yang perlu dibenahi dan tak perlu menutup mata dengan ketertinggalan atau kekurangan yang ada. Semoga suatu saat kualitas sinetron di indonesia bisalah seperti kualitas drama-drama korea. Heheh..... dan, inilah fakta dan asumsi mengapa saya suka drama korea. Its me.. and you? Do you like Korean Drama?
Rasanya dua tahun ini sudah ada beberapa drakor yang saya tonton. Cuma entah apa yang salah dengan otakku, menghafal judul film korea itu susahnya, terlebih menghafal namanya hahahaha... terkadang kalau nonton, yang tertinggal cuma jalan ceritanya dan juga petikan kalimatnya yang menggugah menurutku. Kalau ditanya tokohnya siapa? Maaf.. mungkin cma satu bahkan tidak ada yang saya hafal hehehe... otakku sulit menympan nama korea, jepang, cina dsb yang saling bersepupuan. Yang mungkin masih saya ingat judulnya hanya yang belum lama ini saya lihat seperti Good Doctor, heartstring, Faith, The Moon Embrace the sun, Jungle Fish, i hear your voice, the heirs, god of study, secret, emergency couple, dream high, dan City Hunter. Ada sih beberapa yang belum saya tonton, karena melihatnya sekilas, tidak menimbulkan rasa penasaran. Jadinya dibatalkan diteruskan. Yah.. masih ada pilih-pilihnya sih xixixi.... namun dari sekian yang telah saya lihat, yang sensasinya luar biasa adalah god of study. Wuiihhh..... sangat menyentuh dan ngena banget.. suka..suka..dan suka... why? Karena pas banget dengan kondisi saat itu. Lagi ngajar di SMA mata pelajaran matematika, yang mungkin sudah ditaqdirkan menjadi pelajaran paling sulit dan menakutkan bagi siswa. Dan juga banyak siswa yang belum apa-apa sudah angkat tangan belajar math. Disini kisahnya juga seperti itu. Jelasnya lihat disini.
Ada banyak alasan mengapa pada akhirnya saya suka drama korea. Dibandingkan sinetron indonesia yang terkesan plagiat, mengejar rating daripada kualitas dan juga garing. Hehhe.. maaf ya.. bukannya gak cinta produk dalam negeri atau nggak cinta tanah air. Ini Cuma asumsi saya, berdasarkan analisa realita yang saya lihat.
1. Drama korea ceritanya selalu bervariasi dan inovatif, nggak cinta melulu, nggak kerajaan melulu dan nggak itu-itu melulu. Meski membawa genre drama romantis misalkan, kisahnya tidak monoton. Tidak seperti di indonesia, cerita sinteron atau tv movie nya selalu kisahnya ya begitu-begitu saja. Diawali dengan kisah anak desa dengan anak konglomerat. Ketemunya di desa. Pematang sawah, yang cewek kalau bukan jadi pengembala sapi, jadi penjual makanan, jadi pembantu, tukang parkir, jadi satpam, tapi ceritanya sama esensinya. Itu-itu aja.
2. Artis korea kalau acting menyatu dengan perannya. Kelihatan seperti sesuai dengan karakter yang dibawakan, seperti profesi yang dilakoni. Kalu jadi dokter, terliat lihai mengobati, lihai memeriksa, sampai pada adegan operasi, pemeriksaan dsb. Kalau jadi guru, benar menampakkan seorang guru, pandai menjelaskan, menguasai materi dan ada adegannya mengajarkan materi dengan lihai. Jadi jaksa, juga terlihat lihai menjadi jaksa, menguasai persidangan, dan adegan kerjanya sebagai jaksa ditampilkan. Sebagai penyanyi, juga ada adegannya dia menyanyi. Sehingga setiap profesi yang dibawakan memberikan pelajaran bagi penontonnya untk mengambil hikmah. Misalnya saya, yang awam tentang hukum, tentang pengadila dan bagian2nya, setelah nonton i hear your voice barulah mengerti tentang tata cara mengadukan perkara, apa kerja dan beda antara hakim, jaksa dan pengacara.
3. Meskipun mengusung tema tentang cinta dan romantisme, tetapi tidak menjadi garing dengan alur cerita lurus saja. Di dalamnya dibumbui dengan sebuah pergulatan hidup, misal tentang perpolitikan, tentag kekuasaan, atau tentang kemanusiaan. Di indonesia juga terkadang mengusung itu juga, tetapi lihat saja sinetronnya tantang cinta, yang dibahas Cuma bagaimana mendapatkan sang pujaan hati, lurus dan sedikit pengetahuan tambahan selain mengajarkan tentang cinta atau romantisme. Misalnya nih Heartstring, meski kisahnya tentang mendapatkan cinta, memperahankan cinta, tetapi di dalamnya ditemui juga pelajaran tentang musik, kolaborasi musik modern dan tradisional, menampilkan kekayaan tradisional, tetang kerja keras menggapai impian. Indonesia? Sinetronnya tentang cinta, maka sasarannya itu terus, meski membawa profesi tertentu tapi saolah tujuannya bagaimana mendapatkan hati pujaan hati, dan yang ada malah main bully-bullyan.
4. Nah,, masalah bully nih. Coba bandingkan sinetron indonesia dan drama korea. Mana yang bully-nya nyata? Mana yang bully-nya kebangetan? Mana yang bully-nya lebay banget dan terlalu? Sinetron kan? Kadang membuat kita berpikir, tokoh protogonis seperti malaikat bener dan tokoh antagonis seperti iblis betul. Terlalu sadis. Tidak segan-segan menjambak, memaki, plus istilah lebay yang bermunculan dimana-mana. Sesadis-sadisnya tokoh protogonis di drakor, tidak ada yang sesadis dan selebay di sinetron indonesia. Coba deh dibandingkan.. bahkan pada sinetron berbau religi sekalipun masih terlihat bullyan yang sadis menurutku.
5. Trus, ada lagi.. entah bagus menamakannya apa. Kalau drakor, meski membawa tema kerajaan, zaman behaula yang tampak memang seperti zaman behaula. Laarnya, penokohannya, tempatnya, kisahnya juga tidak mengkombinasi sejarah dengan fiksi yang menarik. Nah, kalau di sinetron? Antara cerita, tokoh, latar, tempat masih terlihat tidak matching. Kadang sudah pakai pakaian kerajaan tapi terlihat wajah tokohnya pakai pemerah pipi, pakai lipstik modern, apalagi kalau pakai kontak lensa wahhh... dan juga, kalau drakor, membawa tema alur maju mundur dari zaman behaula ke modern terus ke zaman behaula tetap saja menyatu dalam cerita. Atau kisah masuk ke lorong waktu pun seperti di Faith, tetap saja menyatu dengan cerita. Mengkombinasikan dua zaman, tetapi tetap saja nuansanya menyatu. Nah.. di indonesia? Saya heran dengan kisah beberapa sinetron akhir-akhir ini seperti G**, atau 7 M**** H***, atau M*** S*** mengusung tema apa itu ya? Di zaman modern, mengusung manusia setengah hewan atau sebaliknya, dengan latar, tempat, penyatuan alam dan penokohan, karakter, settingan tetap saja terlihat tidak menyatu. Dan lagian, zaman modern.. kok masih ada manusia H...U atau M....S... apa mau nyontek fil twilight? Ahh.. itu terlihat beda. Twilight meski membawa kisah yang serupa tapi coba lihat settingannya? Halus kan? Ini masalah settingan, belum masalah plagiat.
6. Yang terakhir ya plagiarism. Entah sudah berapa kali sinetron kita diklaim nyontek atau plagiat cerita dari luar sana. Entah dari film barat atau dari film korea, atau yang lainnya. Kan malu juga kalau keseringan dibilang plagiat. Kalau yang korea misal baru-baru ini drakor dengan judul my love from the star. Kisahnya mirip dengan judul sinetron kau yang berasal dari bintang. Nah.. judulnya aja sudah mirip.. belum ceritanya.
Ahh.. indonesiaku... bukannya tidak bangga kepadamu, tidak cinta padamu. Cuma sayang masih banyak yang perlu dibenahi dan tak perlu menutup mata dengan ketertinggalan atau kekurangan yang ada. Semoga suatu saat kualitas sinetron di indonesia bisalah seperti kualitas drama-drama korea. Heheh..... dan, inilah fakta dan asumsi mengapa saya suka drama korea. Its me.. and you? Do you like Korean Drama?
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar